tag:blogger.com,1999:blog-58597505274282489302024-02-07T12:23:04.815-08:00Kumpulan Cerita DongengKumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-6706464755087466252011-02-18T01:59:00.000-08:002011-02-18T01:59:05.432-08:00Gadis Penjual Korek Api<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHAVknr6rj2QLzWTOWEILHMzV4eQwzaj-fd_X8M2T3qXUI4ZCuKnngkYRQsoPk2wsxgUUBax9KmQmA18AgpkdZ7QvsUvzQE-fHYlruokz9cqtaKzc98vy2GbX6u0FewfXQ86xLiuBC7x0/s1600/littlematchseller.bmp" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHAVknr6rj2QLzWTOWEILHMzV4eQwzaj-fd_X8M2T3qXUI4ZCuKnngkYRQsoPk2wsxgUUBax9KmQmA18AgpkdZ7QvsUvzQE-fHYlruokz9cqtaKzc98vy2GbX6u0FewfXQ86xLiuBC7x0/s1600/littlematchseller.bmp" /></a></div><br />
Di malam natal, orang-orang berjalan dengan wajah yang gembira memenuhi jalan di kota. Di jalan itu ada seorang gadis kecil mengenakan pakaian compang-camping sedang menjual korek api. "Mau beli korek api?" "Ibu, belilah korek api ini." "Aku tidak butuh korek api, sebab di rumah ada banyak." Tidak ada seorang pun yang membeli korek api dari gadis itu.<br />
Tetapi, kalau ia pulang tanpa membawa uang hasil penjualan korek api, akan dipukuli oleh ayahnya. Ketika akan menyeberangi 'alan. Grek! Grek! Tiba-tiba sebuah kereta kuda berlari dengan kencangnya. "Hyaaa! Awaaaaas!" Gadis itu melompat karena terkejut. Pada saat itu sepatu yang dipakainya terlepas dan terlempar entah ke mana. Sedangkan sepatu sebelahnya jatuh di seberang jalan. Ketika gadis itu bermaksud pergi untuk memungutnya, seorang anak lakilaki memungut sepatu itu lalu melarikan diri. "Wah, aku menemukan barang yang bagus."<br />
Akhirnya gadis itu bertelanjang kaki. Di sekitarnya, korek api jatuh berserakan. Sudah tidak bisa dijual lagi. Kalau pulang ke rumah begini saja, ia tidak dapat membayangkan bagaimana hukuman yang akan diterima dari ayahnya. Apa boleh buat, gadis itu membawa korek api yang tersisa, lalu berjalan dengan sangat lelahnya. Terlihatlah sinar yang terang dari jendela sebuah rumah. Ketika gadis itu pergi mendekatinya, terdengar suara tawa gembira dari dalam rumah.<br />
Di rumah, yang dihangatkan oleh api perapian, dan penghuninya terlihat sedang menikmati hidangan natal yang lezat. Gadis itu meneteskan air mata. "Ketika ibu masih hidup, di rumahku juga merayakan natal seperti ini." Dari jendela terlihat pohon natal berkelipkelip dan anak-anak yang gembira menerima banyak hadiah. Akhirnya cahaya di sekitar jendela hilang, dan di sekelilingnya menjadi sunyi.<br />
Salju yang dingin terus turun. Sambil menggigil kedinginan, gadis itu duduk tertimpa curahan salju. Perut terasa lapar dan sudah tidak bisa bergerak. Gadis yang kedinginan itu, menghembus-hembuskan nafasnya ke tangan. Tetapi, sedikit pun tak menghangatkannya. "Kalau aku menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit terasa hangat." Kemudian gadis itu menyalakan sebatang korek api dengan menggoreskannya di dinding.<br />
Crrrs Lalu dari dalam nyala api muncul sebuah penghangat. "Oh, hangatnya." Gadis itu mengangkat tangannya ke arah tungku pemanas. Pada saat api itu padaamtungku pemanaspun menghilang. Gadis itu menyalakan batang korek api yang kedua. Kali ini dari dalam nyala api muncul aneka macam hidangan.<br />
Di depan matanya, berdiri sebuah meja yang penuh dengan makanan hangat. "Wow! Kelihatannya enak." Kemudian seekor angsa panggang melayang menghampirinya. Tetapi, ketika ia berusaha menjangkau, apinya padam dan hidangan itu menghilang. Gadis itu segera mengambil korek apinya, lalu menyalakannya lagi. Crrrs!<br />
Tiba-tiba gadis itu sudah berada di bawah sebuah pohon natal yang besar. "Wow! Lebih indah daripada pohon natal yang terlihat dari jendela tadi." Pada pohon natal itu terdapat banyak lilin yang bersinar. "Wah! Indah sekali!" Gadis itu tanpa sadar menjulurkan tangannya lalu korek api bergoyang tertiup angin. Tetapi, cahaya lilin itu naik ke langit dan semakin redup. Lalu berubah menjadi bintang yang sangat banyak.<br />
Salah satu bintang itu dengan cepat menjadi bintang beralih. "Wah, malam ini ada seseorang yang mati dan pergi ke tempat Tuhan,ya... Waktu Nenek masih hidup, aku diberitahu olehnya." Sambil menatap ke arah langit, gadis itu teringat kepada Neneknya yang baik hati. Kemudian gadis itu menyalakan sebatang lilin la i. Lalu di dalam cahaya api muncul wujud Nenek yang dirindukannya. Sambil tersenyum, Nenek menjulurkan tangannya ke arah gadis itu.<br />
"Nenek!" Serasa mimpi gadis itu melo ' mpat ke dalam pelukan Nenek. "Oh, Nenek, sudah lama aku ingin bertemu' " Gadis itu menceritakan peristiwa yang dialaminya, di dalam pelukan Nenek yang disayanginya. "Kenapa Nenek pergi meninggalkanku seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi ke tempat Nenek." Pada saat itu korek api yang dibakar anak itu padam. "Ah, kalau apinya mati, Nenek pun akan pergi juga. Seperti tungku pemanas dan makanan tadi..."<br />
Gadis itu segera mengumpulkan korek api yang tersisa, lalu menggosokkan semuanya. Gulungan korek api itu terbakar, dan menyinari sekitarnya seperti siang hari. Nenek memeluk gadis itu dengan erat. Dengan diselimuti cahaya, nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan perlahanlahan. "Nenek, kita mau pergi ke mana?" "Ke tempat Tuhan berada."<br />
Keduanya semakin lama semakin tinggi ke arah langit. Nenek berkata dengan lembut kepada gadis itu, "Kalau sampai di surga, Ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita." Gadis itu tertawa senang. Pagi harinya. Orang-orang yang lewat di jalan menemukan gadis penjual korek api tertelungkup di dalam salju. "Gawat! Gadis kecil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini." "Cepat panggil dokter!"<br />
Orang-orang yang berkumpul di sekitarnya semuanya menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang menolak membeli korek api pada malam kemarin menangis dengan keras dan berkata, "Kasihan kamu, Nak. Kalau tidak ada tempat untuk pulang, sebaiknya kumasukkan ke dalam rumah." Orang-orang kota mengadakan upacara pemakaman gadis itu di gereja, dan berdoa kepada Tuhan agar mereka berbuat ramah meskipun pada orang miskin.Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-20205486699503079992011-02-16T22:01:00.000-08:002011-02-16T22:01:36.218-08:00Legenda Gunung Merapi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhODgKj-l0YI_0VgpMZ5zgGhBOFZ2PhDmWVkFuc2j2ssiKv3G2bk005ih_OjdAOCd0LpP-EU6Wa9oxHMO-wbiiezLxHDRXasIvbyMBUYCJtjxk7mwooGyPbvrmfxd06ZM31aK48GxV_l1o/s1600/volcano.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhODgKj-l0YI_0VgpMZ5zgGhBOFZ2PhDmWVkFuc2j2ssiKv3G2bk005ih_OjdAOCd0LpP-EU6Wa9oxHMO-wbiiezLxHDRXasIvbyMBUYCJtjxk7mwooGyPbvrmfxd06ZM31aK48GxV_l1o/s320/volcano.jpg" width="320" /></a></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"></span>GUNUNG Merapi dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus. Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi. Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan. Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh makhluk- makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus.<span id="more-48"></span></div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Penduduk di daerah Gunung Merapi mempunyai kepercayaan tentang adanya tempat-tempat angker atau sakral. Tempat angker tersebut dipercayai sebagai tempat-tempat yang telah dijaga oleh mahkluk halus, dimana itu tidak dapat diganggu dan tempat tersebut mempunyai kekuatan gaib yang harus dihormati. Penduduk pantang untuk melakukan kegiatan seperti menebang pohon, merumput dan mengambil ataupun memindahkan benda-benda yang ada di daerah tersebut. Selain pantangan tersebut ada juga pantangan untuk tidak berbicara kotor, kencing atau buang air besar, karena akan mengakibatkan rasa tersinggung makhluk halus yang mendiami daerah itu.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Tempat-tempat yang paling angker di Gunung Merapi adalah kawah Merapi sebagai istana dan pusat keraton makhluk halus Gunung Merapi. Di bawah puncak Gunung Merapi ada daerah batuan dan pasir yang bernama “Pasar Bubrah” yang oleh masyarakat dipercaya sebagai tempat yang sangat angker. “Pasar Bubrah” tersebut dipercaya masyarakat sebagai pasar besar Keraton Merapi dan pada batu besar yang berserakan di daerah itu dianggap sebagai warung dan meja kursi makhluk halus.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Bagian dari keraton makhluk halus Merapi yang dianggap angker adalah Gunung Wutoh yang digunakan sebagai pintu gerbang utama Keraton Merapi. Gunung Wutoh dijaga oleh makhluk halus yaitu “Nyai Gadung Melati” yang bertugas melindungi linkungan di daerah gunungnya termasuk tanaman serta hewan.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Selain tempat yang berhubungan langsung dengan Keraton Merapi ada juga tempat lain yang dianggap angker. Daerah sekitar makam Sjech Djumadil Qubro merupakan tempat angker karena makamnya adalah makam untuk nenek moyang penduduk dan itu harus dihormati.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Selanjutnya tempat-tempat lain seperti di hutan, sumber air, petilasan, sungai dan jurang juga dianggap angker. Beberapa hutan yang dianggap angker yaitu “Hutan Patuk Alap-alap” dimana tempat tersebut digunakan untuk tempat penggembalaan ternak milik Keraton Merapi, “Hutan Gamelan dan Bingungan” serta “Hutan Pijen dadn Blumbang”. Bukit Turgo, Plawangan, Telaga putri, Muncar, Goa Jepang, Umbul Temanten, Bebeng, Ringin Putih dan Watu Gajah.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Beberapa jenis binatang keramat tinggal di hutan sekeliling Gunung Merapi dimiliki oleh Eyang Merapi. Binatang hutan, terutama macan putih yang tinggal di hutan Blumbang, pantang ditangkap atau dibunuh. Selanjautnya kuda yang tinggal di hutan Patuk Alap-alap, di sekitar Gunung Wutoh, dan di antara Gunung Selokopo Ngisor dan Gunung Gajah Mungkur adalah dianggap/dipakai oleh rakyat Keraton Makhluk Halus Merapi sebagai binatang tunggangan dan penarik kereta.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Di puncak Merapi ada sebuah Keraton yang mirip dengan keraton Mataram, sehingga di sini ada organisasi sendiri yang mengatur hirarki pemerintahan dengan segala atribut dan aktivitasnya. Keraton Merapi itu menurut kepercayaan masyarakat setempat diperintah oleh kakak beradik yaitu Empu Rama dan Empu Permadi.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Seperti halnya pemerintahan sebagai sebagai Kepala Negara (Empu Rama dan Empu Permadi) melimpahkan kekuasaannya kepada Kyai Sapu Jagad yang bertugas mengatur keadaan alam Gunung Merapi. Berikutnya ada juga Nyai Gadung Melati, tokoh ini bertugas memelihara kehijauan tanaman Merapi. Ada Kartadimeja yang bertugas memelihara ternak keraton dan sebagai komando pasukan makhluk halus. Ia merupakan tokoh yang paling terkenal dan disukai penduduk karena acapkali memberi tahu kapan Merapi akan meletus dan apa yang harus dilakukan penduduk untuk menyelamatkan diri. Tokoh berikutnya Kyai Petruk yang dikenal sebagai salah satu prajurit Merapi.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Begitu besarnya jasa-jasa yang telah diberikan oleh tokoh-tokoh penghuni Gunung Merapi, maka sebagai wujud kecintaan mereka dan terima kasih terhadap Gunung Merapi masyarakat di sekitar Gunung Merapi memberikan suatu upeti yaitu dalam bentuk upacara-upacara ritual keagamaan. Sudah menjadi tradisi keagamaan orang Jawa yaitu dengan mengadakan selamatan atau wilujengan, dengan melakukan upacara keagamaan dan tindakan keramat.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Upacara Selamatan Labuhan diadakan secara rutin setiap tahun pada tanggal kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yakni tanggal 30 Rajab. Upacara dipusatkan di dusun Kinahrejo desa Umbulharjo. Di sinilah tinggal sosok Mbah Marijan sebagai juru kunci Gunung Merapi yang sering bertugas sebagai pemimpin upacara labuhan. Gunung Merapi dan Mbah Marijan adalah dua hal yang sulit dipisahkan. Keberadaan lelaki tua Mbah Marijan dan kawan-kawannya itulah manusia lebih, mau membuka mata dan telinga batinnya untuk melihat apa yang tidak kasad mata di sekitar Gunung Merapi.</div><div style="font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px;">Di Selo setiap tahun baru Jawa 1 Suro diadakan upacara Sedekah Gunung, dengan harapan masyarakat menjadi aman, tentram dan sejahtera, dengan panen yang melimpah. Upacara ini disertai dengan menanam kepala kerbau di puncak Merapi atau di Pasar Bubrah.</div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-13251666700704297522011-02-16T21:57:00.000-08:002011-02-16T21:57:54.297-08:00Kisah Ramayana<a href="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS27dl0pekUoLSZX330WrzoBlFYBYpen7VM0fCMhsykyHWK1qMa" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS27dl0pekUoLSZX330WrzoBlFYBYpen7VM0fCMhsykyHWK1qMa" style="cursor: move;" /></a><span class="style58" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 17px;"><span style="font-size: medium;"><em><strong>D</strong></em></span>ikisahkan di sebuah negeri bernama Mantili ada seorang puteri nan cantik jelita bernama Dewi Shinta. Dia seorang puteri raja negeri Mantili yaitu Prabu Janaka. Suatu hari sang Prabu mengadakan sayembara untuk mendapatkan sang Pangeran bagi puteri tercintanya yaitu Shinta, dan akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh Putera Mahkota Kerajaan Ayodya, yang bernama Raden Rama Wijaya. Namun dalam kisah ini ada juga seorang raja Alengkadiraja yaitu Prabu Rahwana, yang juga sedang kasmaran, na</span><span class="Apple-style-span" style="font-size: 17px;">mun bukan kepada Dewi Shinta tetapi dia ingin memperistri Dewi Widowati. Dari penglihatan Rahwana, Shinta dianggap sebagai titisan Dewi Widowati yang selama ini diimpikannya. Dalam</span><span class="Apple-style-span" style="font-size: 17px;"><span class="style60" style="font-family: 'Times New Roman';"> sebuah perjalanan Rama dan Shinta dan disertai Lesmana adiknya, sedang melewati hutan belantara yang dinamakan hutan Dandaka, si raksasa Prabu Rahwana mengintai mereka bertiga, khususnya Shinta. Rahwana ingin menculik Shinta untuk dibawa ke istananya dan dijadikan istri, dengan siasatnya Rahwana mengubah seorang hambanya bernama Marica menjadi seekor kijang kencana. Dengan tujuan memancing Rama pergi memburu kijang ‘jadi-jadian' itu, karena Dewi Shinta menginginkannya. Dan memang benar setelah melihat keelokan kijang tersebut, Shinta meminta Rama untuk menangkapnya. Karena permintaan sang istri tercinta maka Rama berusaha mengejar kijang seorang diri sedang Shinta dan Lesmana menunggui. </span></span><br />
<span class="style58" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 17px;"><span class="style60" style="font-family: 'Times New Roman';"><br />
</span><span style="font-size: medium;"><em><strong>D</strong></em></span>alam waktu sudah cukup lama ditinggal berburu, Shinta mulai mencemaskan Rama, maka meminta Lesmana untuk mencarinya. Sebelum meninggalkan Shinta seorang diri Lesmana tidak lupa membuat perlindungan guna menjaga keselamatan Shinta yaitu dengan membuat lingkaran magis. Dengan lingkaran ini Shinta tidak boleh mengeluarkan sedikitpun anggota badannya agar tetap terjamin keselamatannya, jadi Shinta hanya boleh bergerak-gerak sebatas lingkaran tersebut. Setelah kepergian Lesmana, Rahwana mulai beraksi untuk menculik, namun usahanya gagal karena ada lingkaran magis tersebut. Rahwana mulai cari siasat lagi, caranya ia menyamar yaitu dengan mengubah diri menjadi seorang brahmana tua dan bertujuan mengambil hati Shinta untuk memberi sedekah. Ternyata siasatnya berhasil membuat Shinta mengulurkan tangannya untuk memberi sedekah, secara tidak sadar Shinta telah melanggar ketentuan lingkaran magis yaitu tidak diijinkan mengeluarkan anggota tubuh sedikitpun! Saat itu juga Rahwana tanpa ingin kehilangan kesempatan ia menangkap tangan dan menarik Shinta keluar dari lingkaran. Selanjutnya oleh Rahwana, Shinta dibawa pulang ke istananya di Alengka. Saat dalam perjalanan pulang itu terjadi pertempuran dengan seekor burung Garuda yang bernama Jatayu yang hendak menolong Dewi Shinta. Jatayu dapat mengenali Shinta sebagai puteri dari Janaka yang merupakan teman baiknya, namun dalam pertempuan itu Jatayu dapat dikalahkan Rahwana.<br />
</span><span class="style58" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 17px;"><span style="font-size: medium;"><em><strong>D</strong></em></span></span><span class="style58" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 17px;">isaat yang sama Rama terus memburu kijang kencana dan akhirnya Rama berhasil memanahnya, namun kijang itu berubah kembali menjadi raksasa. Dalam wujud sebenarnya Marica mengadakan perlawanan pada Rama sehingga terjadilah pertempuran antar keduanya, dan pada akhirnya Rama berhasil memanah si raksasa. Pada saat yang bersamaan Lesmana berhasil menemukan Rama dan mereka berdua kembali ke tempat semula dimana Shinta ditinggal sendirian, namun sesampainya Shinta tidak ditemukan. Selanjutnya mereka berdua berusaha mencarinya dan bertemu Jatayu yang luka parah, Rama mencurigai Jatayu yang menculik dan dengan penuh emosi ia hendak membunuhnya tapi berhasil dicegah oleh Lesmana. Dari keterangan Jatayu mereka mengetahui bahwa yang menculik Shinta adalah Rahwana! Setelah menceritakan semuanya akhirnya si burung garuda ini meninggal.<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><em><strong>M</strong></em></span>ereka berdua memutuskan untuk melakukan perjalanan ke istana Rahwana dan ditengah jalan mereka bertemu dengan seekor kera putih bernama Hanuman yang sedang mencari para satria guna mengalahkan Subali. Subali adalah kakak dari Sugriwa paman dari Hanuman, Sang kakak merebut kekasih adiknya yaitu Dewi Tara. Singkat cerita Rama bersedia membantu mengalahkan Subali, dan akhirnya usaha itu berhasil dengan kembalinya Dewi Tara menjadi istri Sugriwa. Pada kesempatan itu pula Rama menceritakan perjalanannya akan dilanjutkan bersama Lesmana untuk mencari Dewi Shinta sang istri yang diculik Rahwana di istana Alengka. Karena merasa berutang budi pada Rama maka Sugriwa menawarkan bantuannya dalam menemukan kembali Shinta, yaitu dimulai dengan mengutus Hanuman persi ke istana Alengka mencari tahu Rahwana menyembunyikan Shinta dan mengetahui kekuatan pasukan Rahwana.<br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><em><strong>T</strong></em></span>aman Argasoka adalah taman kerajaan Alengka tempat dimana Shinta menghabiskan hari-hari penantiannya dijemput kembali oleh sang suami. Dalam Argasoka Shinta ditemani oleh Trijata kemenakan Rahwana, selain itu juga berusaha membujuk Shinta untuk bersedia menjadi istri Rahwana. Karena sudah beberapa kali Rahwana meminta dan ‘memaksa' Shinta menjadi istrinya tetapi ditolak, sampai-sampai Rahwana habis kesabarannya yaitu ingin membunuh Shinta namun dapat dicegah oleh Trijata. Di dalam kesedihan Shinta di taman Argasoka ia mendengar sebuah lantunan lagu oleh seekor kera putih yaitu Hanuman yang sedang mengintainya. Setelah kehadirannya diketahui Shinta, segera Hanuman menghadap untuk menyampaikan maksud kehadirannya sebagai utusan Rama. Setelah selesai menyampaikan maskudnya Hanuman segera ingin mengetahui kekuatan kerajaan Alengka. Caranya dengan membuat keonaran yaitu merusak keindahan taman, dan akhirnya Hanuman tertangkap oleh Indrajid putera Rahwana dan kemudian dibawa ke Rahwana. Karena marahnya Hanuman akan dibunuh tetapi dicegah oleh Kumbakarna adiknya, karena dianggap menentang, maka Kumbakarna diusir dari kerjaan Alengka. Tapi akhirnya Hanuman tetap dijatuhi hukuman yaitu dengan dibakar hidup-hidup, tetapi bukannya mati tetapi Hanuman membakar kerajaan Alengka dan berhasil meloloskan diri. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman menceritakan semua kejadian dan kondisi Alengka kepada Rama. Setelah adanya laporan itu, maka Rama memutuskan untuk berangkat menyerang kerajaan Alengka dan diikuti pula pasukan kera pimpinan Hanuman.<strong><em><br />
</em></strong><span style="font-size: medium;"><em><strong>S</strong></em></span>etibanya di istana Rahwana terjadi peperangan, dimana awalnya pihak Alengka dipimpin oleh Indrajid. Dalam pertempuran ini Indrajid dapat dikalahkan dengan gugurnya Indrajit. Alengka terdesak oleh bala tentara Rama, maka Kumbakarna raksasa yang bijaksana diminta oleh Rahwana menjadi senopati perang. Kumbakarna menyanggupi tetapi bukannya untuk membela kakaknya yang angkara murka, namun demi untuk membela bangsa dan negara Alengkadiraja.Dalam pertempuran ini pula Kumbakarna dapat dikalahkan dan gugur sebagai pahlawan bangsanya. Dengan gugurnya sang adik, akhirnya Rahwana menghadapi sendiri Rama. Pad akhir pertempuran ini Rahwana juga dapat dikalahkan seluruh pasukan pimpinan Rama. Rahmana mati kena panah pusaka Rama dan dihimpit gunung Sumawana yang dibawa Hanuman.<span class="style62"><strong><em><br />
</em></strong></span><span class="style58" style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 17px;"><span style="font-size: medium;"><em><strong>S</strong></em></span></span>etelah semua pertempuran yang dasyat itu dengan kekalahan dipihak Alengka maka Rama dengan bebas dapat memasuki istana dan mencari sang istri tercinta. Dengan diantar oleh Hanuman menuju ke taman Argasoka menemui Shinta, akan tetapi Rama menolak karena menganggap Shinta telah ternoda selama Shinta berada di kerajaan Alengka. Maka Rama meminta bukti kesuciannya, yaitu dengan melakukan bakar diri. Karena kebenaran kesucian Shinta dan pertolongan Dewa Api, Shinta selamat dari api. Dengan demikian terbuktilah bahwa Shinta masih suci dan akhirnya Rama menerima kembali Shinta dengan perasaan haru dan bahagia. Dan akhir dari kisah ini mereka kembali ke istananya masing-masing. </span>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-25322527101136483642011-02-16T20:31:00.000-08:002011-02-16T21:51:04.638-08:00Legenda Kera Sakti<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQsjF5j8QkxS4OogDnIhyYRmDvKXBEPbcJ4Sa7vXfOZp_-VlBnc" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQsjF5j8QkxS4OogDnIhyYRmDvKXBEPbcJ4Sa7vXfOZp_-VlBnc" /></a></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Nama Sun Go Kong bagi masyarakat kita sudah tidak asing lagi. Sebuah stasiun televisi swasta pernah menayangkan film</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD2" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">serial</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">“Kera Sakti” ini sampai berulang-ulang. Sun Go Kong dikenal karena kesaktiannya melawan segala jenis siluman. Selain dia, tokoh sentral lainnya dalam film ini adalah biksu Tong yang selalu mengendalikannya selama perjalanannya ke Barat mencari kitab suci.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Pertanyaannya, apakah tokoh Hsuan-tsang yang dalam cerita</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">serial</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">“Kera Sakti” terkenal sebagai biksu Tong itu benar-benar pernah hidup di Tiongkok? Dari beberapa</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD7" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">literatur</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">yang ada menunjukkan bahwa tokoh Hsuan-tsang ini adalah seorang biksu yang ditasbihkan pada umur 13 tahun dan hidup di Tiongkok sekitar tahun 602-664, dikenal juga dengan nama aslinya Chen-I, mendapatkan gelar San-Tsang atau Mu-Ch’a-T’i-P’o (Moksadeva) atau Yuan-tsang (di Jepang dikenal dengan nama Genjo). Beliau tercatat sebagai biksu dan penziarah dari Tiongkok yang terbesar sepanjang sejarah dan hidup pada masa Dinasti Tang (618-907), yang menunggang kuda melakukan perjalanan ke India melewati</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD3" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Himalaya</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">selama 4 tahun perjalanan (dalam usia 23 tahun).</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Beliau sempat tinggal selama 10 tahun di India untuk mempelajari dan menerjemahkan berbagai kitab Sansekerta Tripitaka ke dalam bahasa China, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 645 dengan membawa pulang 658 teks agama Buddha dan berbagai sutra Mahayana. Karya terjemahannya dan juga tulisan perjalanannya ke Asia Tengah dan India yang penuh dengan data yang akurat merupakan suatu fakta sejarah tak ternilai bagi para sejarawan dan arkeologis saat ini. Nama beliau dapat disejajarkan dengan para sesepuh Mahayana (Tripitaka</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD4" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Master</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">) seperti Mahadeva, Asvaghosa, Nagarjuna, Atisa, Vasubandhu, Bodhidharma, Shanti-Deva, Asanga, Arya-Deva, Tao-An, Kumarajiva, Kobo-Daishi termasuk Buddhaghosa (Theravada).</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Mengembara ke India Terlahir dalam keluarga cendekiawan turun-temurun yang menganut paham Confucianis di mana atas pengaruh kakaknya yang menyenangi agama Buddha, akhirnya mereka berdua melakukan perjalanan ke Ch’ang-an dan kemudian ke Ssu-ch’uan (sekarang Szechwan) guna menghindari konflik politik yang terjadi. Semasa berada di Ssu-ch’uan, Hsuan-tsang mulai mempelajari filosofi Buddhis tetapi menemukan banyak sekali perbedaan dan kontradiksi dari berbagai kitab yang dibacanya. Karena tidak menemukan jawaban yang memuaskan dari gurunya, akhirnya beliau memutuskan untuk pergi ke India.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Hsuan-tsang muda melakukan perjalanan ke utara di Padang Pasir Takla Mak’an melewati sumber mata air Turfan, Karashar, Kucha, Tashkent dan</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD10" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Samarkand</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">untuk kemudian memasuki Gerbang Besi Bactria, melewati pegunungan Hindu</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD1" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Kush</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">sampai ke Kapisha, Gandhara, dan</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD5" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Kashmir</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">di sebelah Tenggara India. Dari sana beliau menaiki perahu menjelajahi sepanjang Sungai Gangga sampai ke Mathura, dan mencapai tanah suci agama Buddha di bagian timur Sungai Gangga pada 633. Hsuan-tsang mulai mengunjungi berbagai tempat keramat yang berkaitan dengan kehidupan sang Buddha di sepanjang sungai Timur sampai Barat.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Kemudian sebagian besar waktunya dihabiskan di Nalanda (pimpinan universitas saat itu adalah Silabhadra yang bergelar ‘Mustika Kebenaran’) yang merupakan satu-satunya pusat pengkajian Buddha yang terbesar saat itu (Nagarjuna juga mulai mempelajari Buddha dari sana). Hsuan-tsang muda mempelajari bahasa Sansekerta, filsafat Buddhis dan filsafat India. Sewaktu berada di India, Hsuan-tsang terkenal akan kecendekiawanannya, sehingga raja yang berkuasa di India bagian utara, Raja Harsa menemui secara pribadi untuk</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD6" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">memberikan</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">penghargaan kepadanya. Akhirnya dengan bantuan dari Raja Harsa, beliau dapat menyelesaikan tugasnya dan kembali ke Tiongkok (tahun 643) dengan fasilitas yang disediakan oleh Raja berupa 20 ekor kuda yang membawa 527 peti naskah.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Kembali ke Tiongkok Hsuan-tsang kembali ke Ch’ang-an (ibu kota negara T’ang) pada 645 setelah meninggalkan negaranya selama 16 tahun. Beliau disambut dengan meriah di ibu kota dan beberapa hari kemudian di depan khalayak ramai, Raja menawarkan posisi menteri di pemerintahan dengan pertimbangan bahwa Hsuan-tsang mempunyai pengalaman luas di berbagai negara asing. Namun terdorong oleh niatnya yang besar untuk mengabdi dalam Buddha, beliau menolak secara halus penawaran Raja tsb. Hsuan-tsang menghabiskan sisa waktunya dengan menerjemahkan sekitar 657 naskah yang dikemas dalam 520 peti (literatur</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">lain menuturkan 527 peti) yang dibawanya kembali dari India.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Beliau menyelesaikan 73 naskah (literatur</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">lain menyebutkan 75 naskah) yang terbagi atas 1,330 bagian, di mana sebagian besar merupakan rujukan utama dalam Tripitaka Mahayana seperti Prajnaparamita Hrdaya Sutra, naskah Yogacara, Madhyamaka dan naskah Vasubandhu yakni Trimsika atau dikenal juga dengan nama Vijnaptimatrasiddhi. Selain itu terdapat juga naskah dari sejumlah sekte lainnya seperti dari Hinayana, Theravada, Vinaya, Mahasanghika dan Risalah, termasuk naskah pengetahuan umum dan naskah tata bahasa.</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Pokok-pokok Pikirannya Karya Hsuan-tsang lebih berdasarkan filsafat ajaran Yogacara (Vijnanavada/Wei-shih cung) yang dikembangkan oleh Asanga dan Vasabhandhu, di mana bersama dengan muridnya K’uei-chi (632-682) mendirikan sekte Wei-shih (Hanya Kesadaran/Vijnana) yang tertuang dalam karya Hsuan-tsang , Ch’eng-wei-shih-lun (</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD8" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Treatise</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">on the</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD9" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Establishment</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">of the</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD11" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static;">Doctrine</span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">of Consciousness Only) yang menjelaskan bagaimana bisa terdapat suatu dunia emperikal yang umum untuk setiap individu yang memiliki badan dan penyerapan yang berbeda dapat merupakan pembentuk pikiran bersama terhadap suatu tujuan tertentu. Menurut Hsuan-tsang, benih karma universal yang tersimpan dalam gudang kesadaran (alayavijnana) merupakan pembentuk umum dan benih karma tertentu sebagai pembentuk pembeda masing-masing individu.</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="http://img695.imageshack.us/img695/641/sunwukongbyanggasatrioh.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://img695.imageshack.us/img695/641/sunwukongbyanggasatrioh.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Pokok utama ajaran ini mengatakan bahwa seluruh dunia ini terbentuk karena pikiran. Bentuk-bentuk tampak luar adalah tidak nyata (maya), tidak ada yang nyata diluar pikiran. Pendapat umum tentang adanya bentuk luar hanyalah disebabkan konsepsi yang salah dimana dapat dihilangkan dengan proses meditasi yang menarik kembali semua bentuk luar yang bersifat maya tersebut (semacam </span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><span class="IL_AD" id="IL_AD12" style="background-attachment: scroll !important; background-clip: initial !important; background-color: transparent !important; background-image: none !important; background-origin: initial !important; background-position: 0% 50%; background-repeat: repeat repeat !important; border-bottom-color: rgb(0, 153, 0) !important; border-bottom-style: solid !important; border-bottom-width: 1px !important; color: #009900; cursor: pointer !important; display: inline !important; float: none !important; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px !important; font-style: normal !important; font-weight: normal !important; padding-bottom: 1px !important; padding-left: 0px !important; padding-right: 0px !important; padding-top: 0px !important; position: static; text-decoration: underline !important;">vipassana</span></span><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"> bhavana). Benih karma merupakan pembentuk pancaskandha yang terkumpul dalam gudang kesadaran dimana membentuk pikiran atas keberadaan dunia luar berdasarkan persepsi dan cita. Gudang kesadaran inilah yang harus disucikan dari dualitas subyek-obyek dan keberadaan yang maya dengan menempatkannya pada alam kemurnian yang dapat disamakan dengan kenyataan atau kesamaan yang menunjukkan sifat dasar dari semua benda sesuai apa yang telah ditentukan (tathata). Alam kesadaran inilah yang dicapai oleh para Bodhisattva sebagaimana tercermin dari konsep Trikaya.</span></div><div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Perkembangan Ajaran Pokok pikiran ajaran tersebut sempat populer pada masa kehidupan Hsuan-tsang dan K’uei-chi , tetapi karena filsafat dan terminologi ajaran tersebut yang kurang dimengerti dan sulit dicerna secara umum, demikian juga bentuk pemahaman yang berkaitan dengan analisa pikiran dan perasaan merupakan suatu hal yang asing bagi tradisi di Tiongkok saat itu, maka dengan meninggalnya Hsuan-tsang dan K’uei-chi, sekte ini pun akhirnya mengalami kemerosotan. Pada saat meninggalnya Hsuan-tsang, Raja T’ang mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari guna menghormati segala pengorbanan yang telah dilakukan oleh Hsuan-tsang yang ditunjukkan oleh pengabdiannya yang tanpa pamrih dalam mengembangkan Buddhisme di Tiongkok.</span></div><br />
<div style="text-align: left;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Tercatat dalam beberapa literatur bahwa pada masa kehidupan Hsuan-tsang, terdapat seorang biksu Jepang yang bernama Dosho sempat singgah ke Tiongkok pada tahun 653 dan belajar di bawah bimbingan Hsuan-tsang, di mana sesudah menyelesaikan pelajarannya, biksu Dosho kembali ke Jepang untuk mengenalkan doktrin tersebut, dan kemudian menjadi terkenal akan Vihara Gongo. Selama abad ke-7 dan ke-8, sekte ini dikenal dengan nama Hosso (Fa-hsiang) dan merupakan sekte yang paling mempengaruhi semua sekte Buddhis yang ada di Jepang sampai saat ini. Biksu Dosho merupakan biksu pertama di Jepang yang jasadnya dikremasikan secara Buddhis. Selain di Jepang, ajaran Hsuan-tsang juga menyebar ke Korea.</span></div><br />
<div style="text-align: left;"><br />
</div><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"></span><br />
<div style="text-align: left;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;">Selain melakukan penerjemahan naskah-naskah, Hsuan-tsang juga menulis cerita perjalanannya ke Barat (India) yang diberi judul Ta-T’ang Hsi-yu-chi (Catatan Perjalanan ke Barat semasa Dinasti T’ang Agung), merupakan suatu catatan dari berbagai negara yang dilewatinya sewaktu melakukan perjalanan ke Barat mengambil kitab suci.</span></div><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Verdana, Arial, Tahoma, Calibri, Geneva, sans-serif; font-size: 13px;"></span>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-21723296315902729272011-02-15T22:05:00.000-08:002011-02-15T22:08:44.074-08:00Kegetiran Seorang Hafizh<div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmHfk4Byps77uU9RwnLTNUHeKpCQoxulkiFRCuNSpFd_igrEEoC2diZCyjMVIfcAAoz2ZNYGye5bnv36hCHVbXZNdxhdAqBb9_ck3Gf1bYLKr9kmUyhtXYd8hJUFh22VdsC8wtLXFNJgyb/s1600/Lhok+Mataie+1.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="[Lhok+Mataie+1.JPG]" border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmHfk4Byps77uU9RwnLTNUHeKpCQoxulkiFRCuNSpFd_igrEEoC2diZCyjMVIfcAAoz2ZNYGye5bnv36hCHVbXZNdxhdAqBb9_ck3Gf1bYLKr9kmUyhtXYd8hJUFh22VdsC8wtLXFNJgyb/s320/Lhok+Mataie+1.JPG" width="320" /></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bocah nelayan itu menatap hamparan laut dengan pilu. Kemudian ia memalingkan pandangannya pada bukit nan rimbun yang terl</span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">etak berhadapan dengan kumpulan air terbesar di dunia. “Dulu, sebelum tsunami, saya, ayah dan <i>mak</i>, serta adik saya tinggal di sini,” tuturnya.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ujung Pancu, nama daerah tempat ia berada sekarang. Sebuah perkampungan penduduk yang terletak di Peukan Bada Aceh Besar. Kampung itu memiliki kenangan sendiri di benak anak laki-laki yang bernama Muhammad Hafizh Rihanda.<br />
<span id="fullpost"><br />
“Dulu saya sering bermain di pinggir pantai bersama teman-teman sepulang sekolah. Bermain bola, mencari kepiting. Banyak pokoknya.”</span></span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Putra dari pasangan Muhand Abdullah dan Ida Yulianti ini seolah memutar kembali memorinya ke saat-saat di mana ia berada di perkampungan nelayan itu. Sebuah senyuman tergurat dari bibirnya.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun, beberapa menit kemudian wajahnya menjadi murung. Matanya yang mulai mengeluarkan butiran bening kembali menatap laut. “Sekarang semua itu tidak ada lagi,” ucapnya terbata.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pantai yang indah Ujung Pancu kini telah tenggelam oleh permukaan air laut yang semakin naik akibat tsunami. Rimbunan <i>Pinus mercusi</i> yang dulunya menghiasi bibir pantai tumbang dihanyutkan gelombang.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Pagi itu saya sedang mengangkut air untuk membantu <i>mak </i>yang sedang mencuci,” ungkap bocah hitam manis itu, “Terus tiba-tiba gempa. Kuat sekali gempanya. Karena takut kena reruntuhan rumah saya langsung keluar.<i>Mak</i> mengambil <i>dek</i> Adha yang waktu itu masih bayi.”</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hafizh mencoba mengingat-ingat kembali hal-hal yang dialaminya pada hari yang menjadi catatan sejarah penting dalam buku agenda dunia. “Waktu keluar rumah, saya melihat semua orang kampung telah berkumpul di depan rumah masing-masing. Kami melihat air laut tiba-tiba surut ratusan meter. Ikan-ikannya kelihatan semua. Ada yang mengambil ikan itu, ada juga yang melihat saja.”</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hafizh berhenti sejenak, kemudian melanjutkan ceritanya. “Tapi, tiba-tiba gelombang laut datang lagi, tinggi sekali. Setinggi pohon kelapa. Orang-orang kampung berlarian ke bukit.”</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hafizh yang saat itu masih berumur lima tahun juga digendong ayahnya menaiki bukit. Begitu pula dengan ibu dan adiknya yang masih bayi.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dia yang sangat ketakutan hingga menangis tersedu-sedu. Tidak hanya Hafizh yang merasa takut, seluruh penduduk kampung pun demikian. “Ada yang berdoa, menangis, macam-macam pokoknya. Kami semua ketakutan seolah-seolah mau mati.”</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selama di bukit, lelaki kecil itu harus berpuas dengan mengunyah dedaunan dan meminum air payau untuk mengisi perutnya. Ia sadar, di saat genting seperti itu pasti tidak ada nasi dan lauk pauk lezat seperti yang sering dihidangkan ibunya. Beras yang telah bercampur dengan air asin pun menjadi begitu nikmat kala itu. Ketakutan telah melenyapkan lapar dan dahaga mereka.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Adik sempat sakit waktu di bukit karena kekurangan makanan,”cerita Hafizh tentang keadaan adik laki-lakinya yang bernama M. Adha Zaifullah yang waktu itu masih berumur satu tahun.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun setelah dua hari tiga malam Hafizh dan seluruh penduduk kampung berada di bukit, mereka memutuskan untuk turun dan menuju perkampungan terdekat untuk mencari perlindungan dan makanan. Akhirnya mereka pun tiba di Simpang Dodik yang letaknya tiga kilometer dari Ujung Pancu. Setiba di sana mereka sadar kalau bukan hanya Ujung Pancu yang menjadi sasaran amukan tsunami, tetapi seluruh Banda Aceh mengalaminya. Kemudian mereka di tempatkan di pengungsian yang terletak di Kecamatan Lampeuneurut.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Tidak enak di pengungsian. Kalau malam banyak nyamuk, dan kalau hujan, banjir. Saya dan ayah sering tidak tidur kalau malam karena harus jaga-jaga biar air tidak masuk ke dalam tenda,”tutur Hafizh. “Waktu di barak Siron Lambaro, sudah enak. Tempatnya lebih bagus dibanding waktu di tenda.”</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wajah polos Hafizh tidak bisa menyembunyikan betapa merananya tinggal di pengungsian. Hidup dengan segala keterbatasan. Namun, anak kedua Muhand Abdullah ini tetap bersyukur karena ia masih bisa melanjutkan sekolah dan tetap berkumpul bersama kedua orangtua dan adiknya. “Tapi,” guratan riang lenyap tiba-tiba. “Kak Feby tidak selamat.”</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Feby Putri Handayani, kakak yang sangat disayang Hafizh menjadi salah satu korban amukan gelombang tsunami yang sangat dahsyat itu. “Kak Feby tinggal di Blang Oi bersama nenek. Semua keluarga di sana tidak ada yang selamat.”</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akan tetapi, Hafizh sadar semua itu adalah kehendak Allah dan ia harus menerimanya. Setelah dua tahun lebih tinggal di barak, Hafizh bersama orang tuanya memilih tinggal di Blang Oi, di rumah nenek Hafizh yang tidak berpenghuni lagi. Ia tidak tinggal lagi di Ujung Pancu, tapi sesekali ia tidak lupa untuk sekadar mampir dan mengunjungi rumahnya yang dulu serta bermain bersama teman-temannya.</span></div><div style="line-height: 26px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang, Hafizh telah duduk di kelas tiga SD Blang Oi. Bencana tsunami memberikan kenangan tersendiri baginya. Perasaan trauma yang dialaminya ketika melihat laut pun hilang seiring berjalannya waktu. Kesedihan karena ditinggal pergi sang <a href="http://www.score-louisville.org/component/page,shop.cart/option,com_virtuemart/Itemid,27/vmcchk,1/">best cialis</a> kakak pun memudar hari demi hari. Ia yakin Allah Maha Adil. Dan sekarang Sang Maha Adil itu telah memberikan pengganti kakaknya dengan seorang adik perempuan yang sangat lucu. “Mulina Putri Handayani, namanya,” seru Hafizh sambil tersenyum ceria.</span></div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-14707058623290085322011-02-15T22:03:00.000-08:002011-02-15T22:03:00.806-08:00Wisanggeni<div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><a href="http://wayang.files.wordpress.com/2010/03/wisanggeni-solo.jpg?w=218&h=298" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://wayang.files.wordpress.com/2010/03/wisanggeni-solo.jpg?w=218&h=298" /></a>Wisanggeni berarti bisanya api. berasal dari wisa = bisa dan geni = api. Tak peduli siapapun pasti dibakarnya. Musuh atau sodara, teman atau tetangga, kriteriannya hanya satu, yang dibicarakan adalah kebenaran, dan kebatilan adalah musuhnya.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" /><span id="more-2474" style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></span><br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Kelahiran Wisanggeni dalam jagad pewayangan adalah diluar kehendak dewa. Sebab Wisanggeni adalah manusia edan dalam arti yang sebenarnya. Wong edan ngomong kebenaran bukan pada tempatnya. Wong edan tidak peduli suasana dan siapa yang dihadapi. Wong edan tidak mengenal takut. Dan keedanan Wisanggeni tidak lebih dari ketakutan para dewa akan tuah yang dibawa.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">=====</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Dalam wiracarita Mahabharata, Wisanggeni adalah anak Arjuna dari Dewi Dresanala. Ia lahir karena Dresanala bersikukuh tidak menggugurkan kandungannya seperti tujuh bidadari yang juga hamil karena sebagai anugerah Dewa kepada Arjuna yang telah membebaskan kahyangan dari raksasa Niwatakawaca karena menginginkan Dewi Supraba.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pada saat lahirnya, Wisanggeni membuat ontran-ontran di Kahyangan karena hendak dibunuh oleh kakeknya Batara Brama atas perintah Sang Hyang Giri Nata atau Batara Guru karena lahirnya Wisanggeni dianggap menyalahi kodrat. Tapi karena Wisanggeni adalah titisan Sang Hyang Wenang, dia luput dari bala tersebut.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Wisanggeni tumbuh dibesarkan oleh Batara Baruna (Dewa Penguasa Lauatan) dan Hyang Antaboga (Rajanya Ular yang tinggal di dasar bumi), yang menjadikan Wisanggeni punya kemampuan yang luar biasa. Di jagat pewayangan, dia bisa terbang seperti Gatotkaca dan masuk ke bumi seperti Antareja dan hidup di laut seperti Antasena.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Wisanggeni tinggal di Kahyangan Daksinapati bersama ibunya. Dan meninggal menjelang perang Bharatayuddha bersama Antasena atas permintaan Batara Kresna sebagai tumbal untuk kemenangan Pandawa atas perang tersebut.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Karakter Wisanggeni adalah mungkak kromo (tidak menggunakan bahasa kromo ketika bicara dengan siapapun) seperti halnya Bima. Dan dia punya kemampuan Weruh sadurungin winarah (mampu melihat hal yang belum terjadi).</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">=====</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Syahdan lahirlah Bambang Wisanggeni di pertapaan Kendalisada, tempat Resi Mayangkara…<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Dia berwajah tampan dan digariskan berwatak sahaja.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Lalu, bagaimanakah isi hati Wisanggeni? yang kelahirannya dituding menyelahi kodrat, sehingga Bethara Brama, sang kakek pun tega hendak mengambil nyawa nya.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Siapakah yang hendak dipersalahkan? Apakah ibu Dresanala? Perempuan dewi yang semata-mata memberi penghargaan tinggi kepada hidup jabang bayi Wisanggeni, sehingga bersikukuh menolak untuk menggugurkan kandungannya. Ataukah Sang Mintaraga atau Arjuna yang menanam benih di rahim ketujuh Dewi Kahyangan sebagai anugerah dari Sang Hyang Manikmaya, karena jasanya membebaskan kahyangan dari Prabu Winatakaca yang menginginkan Dewi Supraba?</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Tiada yang berani menghakimi, namun bentuk kesalahan kodrat itulah yang harus dibinasakan, meski akhirnya gagal karena Wisanggengi dalam lindungan Sang Hyang Wenang.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Barangkali luka di hati yang tetap berakar menjadi energi yang menjadikannya satria berkemampuan luar biasa. Di bawah asuhan Sang Hyang Antaboga dan Bethara Baruna, Wisanggeni sanggup terbang layaknya Gatutkaca, ambles bumi seperti Antareja, dan berkubang tenang di lautan menandingi Antasena.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Satria Pandhawa yang mempunyai sifat mungkak kromo atau tidak mau berbahasa halus pada siapapun termasuk pada Sang Bethara Guru ini tiada tandingan dan tiada yang mampu melawan. Seringkali dicap sebagai “wong edan” karena tak mempan senjata apapun di dunia ini. Barangkali karena itulah, kematiannya dikehendaki seluruh dewa-dewa di kahyangan, dimana tekad baja dan semangat kekuatan luar biasanya kelak akan dapat membinasakan Pandhawa yang menang atas Kurawa.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Meski ia termasuk golongan weruh sakdurunge winarah (mampu melihat sebelum terjadi), tetap juga Wisanggeni menjalani takdirnya kemudian: Menjadi tumbal kemenangan Pandhawa. Sang satria Wisanggeni mati di tangan Bala Kurawa dengan legowo.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Entah semiris apa kidung Megatruh yang ditiupkan saat Wisanggeni meregang nyawa, memenuhi permintaan para dewa di kaendran Jonggring Saloka yang dititahkan pada Kresna, sebagai prasyarat kemenangan Pandhawa. Jasadnya moksa sesuai kehendak Sang Hyang Wenang.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kahyangan Daksinapati tempat Dewi Dresanala mengasuh dan membuai Wisanggeni menangis.. menangis.. meratapi takdir yang pada akhirnya tetap terjadi…</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">======</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Wisanggeni adalah anak dari arjuna dengan dewi dresnala. sejak lahir merupakan simbol perlawanan terhadap kebhatilan. berani menentang keputusan bhatara guru yang terkadang dipengaruhi oleh dewi durga sehingga sering merugikan pandawa. sebelum datangnya wisanggeni yang sering protes ke langit jika pandawa di buat cilaka oleh dewata adalah aki semar.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Setelah wisanggeni lahir maka wisanggenilah yang sering menggebuk para dewa jika mereka melakukan kesalahan dan ketak adilan pada para pandawa. wisanggeni memiliki kewaskitaan yang sama dengan sri kresna. di gagrak wayang banyumas sering yang menyelesaikan masalah anak anak pandawa bukan sri rkesna tapi wisanggeni. disini digambarkan wisanggeni adalah gabungan sipat sipat yang luar biasa, cerdas, mengetahui masa depan, sakti seperti dewa, tapi ngoko dan tak berbahasa halus walo dialeganya halus (disini bedanya wisanggeni dengan antasena, sama sama ngoko tapi dialeg antasena kasar, sementara dialeh wisanggeni halus), dan juga wisanggeni itu pandai berdiplomatik dan tak cepet naik darah, bisa mengikuti strategi yg dibuatnya sehingga sering dijadikan pemimpin oleh anak anak pandawa.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Wisanggeni sangat sakti, bhatara guru saja kalah oleh wisanggeni. dalam cerita kelahiran wisanggeni bhatara guru sampe lari ke dunia karena di kayangan semua dewa di buat babak belur oleh wisanggeni. wisanggeni lahir dan besar seketika di tengah api kawah candradimuka. dan langsung dimomong oleh aki semar badranaya.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kematianya?nah ini dia. ada yg bilang wisanggeni di masukan alam jin. yang pernah saya liat lakonya adalah. wisanggeni dan antasena di jadikan wiji kembali oleh hyang bhatara wenang. sebagai bentuk wujud bhakti untuk kemenangan pandawa.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">======</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pemuda tampan berambut lurus…….<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Mengapa kau sembunyikan tampan wajahmu dalam caping besar…?<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Mengapa kau sembunyikan gagah tubuhmu dalam kasut lusuh…?)</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Wisanggeni ….., begitulah nama yang diberikan Sri Kresna<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Dia telah dilahirkan….. Tangis pertamanya mengguntur bergulung – gulung menembus keheningan langit dan gunung<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Menghentak ketentraman, mencabut kemapanan jagat seolah tak terbendung</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Duh jabang memerah……sungguh tampan tiada terkira…..<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Terlahir dari rahim Dewi Dresanala sang Dewi dari Khayangan<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Dalam peluk perlindungan Hanoman raja segala kera.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Tidak dalam peluk Ayahanda tercinta, Arjuna putra Pandawa…<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Ditiup ubun-ubun dengan mantra sakti Hanoman sebagai pelindung jiwa</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Kekuatan mahasakti mana lagikah yang mampu menembus mantra pelindung….?<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Mengambil wisanggeni dalam lelap tidur berselimut daun talas<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Kemana si Jabang bayi lenyap …..?, dibawa lari cahaya putih dalam sekejap….</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Tak terbayang maha kemarahan Hanoman…..</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Diatas keluasan samudera…,<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Batara Brama dalam gundah gulana……<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Betapa berat tugas yang diemban…<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Menghilangkan Wisanggeni dari peradaban…</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">”Duh Batara Guru….., tak mengertikah….,tolakan jiwa yang ada…..?”<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />”Duh batara Guru……, tak mengertikan…., Wisanggeni adalah cucu dicinta…..?”</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Lalu…dengan berkaca kaca….<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Dilepas jabang memerah dari atas langit samudera….</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">”Keluarlah dari peradaban..lenyaplah dari simpangan kodrat…., Biarlah samudera luas menjadi kubur bagimu cucuku…..”</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Sungguh..<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Sebagai titisan Sang Hyang Wenang…….<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Samuderapun seolah menyingkap…., dan batara baruna penguasa semua lautan menangkap….</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Wisanggeni tumbuh dalam bimbingan Batara baruna dan Antaboga (raja segala ular)</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Pemuda tampan berambut lurus……</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Mengapa kau sembunyikan wajah tampanmu dalam caping besar…?<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Mengapa kau sembunykan gagah tubuhmu dalam kasut lusuh..?</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Dan hari harimu adalah pelarian….., pertempuran….., perlawanan…..diburu dan terus diburu……..</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Seperti air yang mengalir tak berhenti…, datang berulang berganti ganti….<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Begitu sabda Batara Guru…..<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Yang menyalahi kodrat merusak tatanan<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />yang menyalahi kodrat harus ditiadakan<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Betapa lelah………</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Duh batara jagat dewata……<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Mengapakah aku harus ditiadakan, atas kodrat yang tidak pernah aku pilih…?</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Sungguh Wisanggeni tak mengerti. …<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Ber Ayah Arjuna manusia, beribu Dewi Darsanala dari Sang Hyang jagat Dewa dewi…<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Lantaran Sang Manusia dan Dewi…., tak sepantasnya berlahir Anak.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Pakem yang menyinggung harkat tertinggi kemanusiaan Arjuna….<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Justru dibiarkanya Sang Dewi Hamil dan dibawa lari turun ke alam manusia….</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Sungguh bukan mau Wisanggeni terlahir menyalahi kodrat…<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Sungguh bukan mau Wisanggeni membalik tatanan…<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Sungguh tak Mengerti, jika Wisanggeni harus ditiadakan….</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Lalu kenapakah Sang batara Guru, menghadirkan Dewi Dresanala dalam sisian hidup Arjuna…?</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Apakah karena Arjuna telah mengalahkan Raksasa Niwatakacana yang mengobrak obrik Khayangan karena menginginkan Dewi Supraba..?.</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Tapi Mengapakah Hanya boleh Bersanding namun tidak boleh bertalian……</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Duh Biyung…….., dalam lelah setiap pertempuranya..<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Selalu Wisanggeni tak mengerti…….<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Kenapa Putera Arjuna ini selalu diburu…dan diburu oleh para Utusan Dewa.<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Sungguh bukankah Dewa adalah pengatur dan pelindung segala….<br style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;" />Siapakah yang membuat kodrat …. dan siapakah yang menyalahi kodrat..?</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">(Pada Akhir cerita……., Wisanggeni…mati bersama sang Antasena menjadi tumbal untuk kemengan Pandawa dalam perang Bharatayudha…..</div><div style="color: #453320; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 22px; margin-bottom: 1.2em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;">Dalam pewayangan Wisanggeni adalah maha kesaktian, bisa terbang laksana Gatotkaca, menembus bumi laksana Antareja, dan hidup di lautan laksana Antasena…..)<span class="Apple-style-span" style="color: black; font-family: 'Times New Roman'; font-size: small; line-height: normal;"></span></div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-19879154867583480322011-02-15T21:55:00.000-08:002011-02-15T21:55:53.245-08:00Sinbad Si Pelaut<span class="Apple-style-span" style="font-size: 13px; line-height: 19px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></span><br />
<div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSPiRrAiEtScLpV9czp56iu7HpLDeI3gkHcMo_L1Gjo1FhAIeu0ZA" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSPiRrAiEtScLpV9czp56iu7HpLDeI3gkHcMo_L1Gjo1FhAIeu0ZA" /></a>Dahulu,<strong> </strong>di daerah Baghdad, timur tengah, ada seorang pemuda bernama Sinbad yang kerjanya memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga hidupnya tergolong miskin. Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah saudagar kaya karena sangat lelah dan kepanasan.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sambil istirahat, ia menyanyikan lagu. “Namaku Sinbad, hidupku sangat malang, berapapun aku bekerja dengan memanggul beban di punggung <strong></strong>tetaplah penderitaan yang kurasakan.” Tak berapa lama muncul pelayan <strong></strong>rumah itu, menyuruh Sinbad masuk karena dipanggil tuannya.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> “Apakah namamu Sinbad ?”, “Benar Tuan”. “Namaku juga Sinbad”, kata sang <strong></strong>saudagar. Ia pun mulai bercerita, “Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat sedih karena kau berpikir hanya kamu <strong></strong>sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan menghabiskan harta saja.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah jatuh miskin aku bertekad menjadi seorang pelaut. Aku menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan seisinya. Karena sudah lama tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka membakar daging dan ikan. Tiba-tiba , permukaan tanah bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut berjatuhan ke laut.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitu jatuh ke laut, aku sempat melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di atas badan ikan paus. Karena ikan paus itu sudah lama tak bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, mirip seperti pulau. Mungkin karena panas dari api unggun, ia mulai bergerak liar. Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga aku pun terapung-apung di laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Aku haus, disana ada pohon kelapa. Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba aku melihat ada sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu, tiba-tiba dari arah langit, terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan saya yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar. Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sinbad menyelinap dikaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan kainnya. “Kalau ia bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia tinggal.” Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati pegunungan dan akhirnya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan bersembunyi di balik batu.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun, melihat disekelilingnya banyak berlian. Pada saat itu, “Bruk” ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di gundukan daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh burung naga dengan berlian yang sudah menempel didaging itu. Sinbad mempunyai ide. Ia segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tak berapa lama burung naga datang dan mengambil gundukan daging, lalu terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, “Klang! Klang! Terdengar suara gong dan suling yang bergema. Burung naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang datang untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang banyak. Ia berangkat berlayar sambil melakukan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad dirampok oleh paraperompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual kepada seorang pemburu gajah. “Apakah kau bisa memanah?” Tanya pemburu gajah.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. “Ini adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh gajah itu”. “Baik tuan,” jawab Sinbad ketakutan. Esok pagi, datang gerombolan gajah. Saat itu pemimpin gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang pohon yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah. Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan belalainya yang panjang. Sinbad mengira ia pasti akan dibunuh atau di banting ke tanah.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ternyata, gajah itu membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah air terjun besar. Dengan membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun menuju ke sebuah gua. “Ku..kuburan gajah!” Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah. Pemimpin gajah berkata,”kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya, berhentilah membunuh kami.” Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.</span></div><div style="border-bottom-width: 0px; border-color: initial; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-style: initial; border-top-width: 0px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0.2em; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0.6em; text-align: justify; text-shadow: rgb(68, 68, 68) 0px 0px 4px; vertical-align: baseline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ia pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memberikan Sinbad uang. “Sampai disini dulu ceritaku”, ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. “Aku bisa menjadi orang kaya, karena kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, sampai kapanpun, apalagi jika kita masih muda,” lanjut sang saudagar.</span></div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-28830910920166426752011-02-15T18:50:00.000-08:002011-02-15T18:50:56.709-08:00Aladin dan Lampu Ajaib<div align="justify" class="MsoNormal">Aladin adalah seorang laki-laki yang berasal dari Negara Persia. Dia tinggal berdua dengan ibunya. Mereka hidup dalam kesederhanaan. Hingga pada suatu hari ada seorang laki-laki yang datang kerumah Aladin. Laki-laki itu berkata kalau dia adalah saudara laki-laki almarhum bapaknya yang sudah lama merantau ke Negara tetangga. Aladin dan ibunya sangat senang sekali, karena ternyata mereka masih memiliki saudara.</div><div align="justify" class="MsoNormal">“Malang sekali nasibmu saudaraku”, kata laki-laki itu kepada aladin dan ibunya. “Yang penting kita masih bisa makan,paman”, jawab Aladin. Karena merasa prihatin dengan keadaan saudaranya tersebut, maka laki-laki itu bermaksud untuk mengajak Aladin ke luar kota. Dengan seijin ibunya,lalu Aladin mengikuti pamannya pergi ke luar kota.</div><div align="justify" class="MsoNormal"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCrFsBAT_WHT3gsMDzhiuVby_iL8ZgjpVEoHOpb98JOWg5QbSQvQJH7lNYk4bZQEqiNnLr-AXFHWarqeCMyhJQ9mXj1lWoq4nZPKKrDVBMPqoL5-vfPLR4OMUBqXMQ0JpzzXREHJ2j3Nk/s1600/shueqry.aladdin.JPG" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCrFsBAT_WHT3gsMDzhiuVby_iL8ZgjpVEoHOpb98JOWg5QbSQvQJH7lNYk4bZQEqiNnLr-AXFHWarqeCMyhJQ9mXj1lWoq4nZPKKrDVBMPqoL5-vfPLR4OMUBqXMQ0JpzzXREHJ2j3Nk/s1600/shueqry.aladdin.JPG" /></a>Perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh sekali, dan pamannya tidak mengijinkan Aladin untuk beristirahat. Saat Aladin meminta pamannya untuk berhenti sejenak, pamannya langsung memarahinya. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu tempat di tengah hutan. Aladin lalu diperintahkan pamannya untuk mencari kayu bakar. “Nanti ya paman, Aladin mau istirahat dulu”, kata Aladin. Pamannya sangat marah setelah mendengar jawaban Aladin tersebut. “Berangkatlah sekarang, atau kusihir engkau menjadi katak”, teriak pamannya. Melihat pamannya sangat marah,lalu Aladin bergegas berangkat mencari kayu.</div><div align="justify" class="MsoNormal">Setelah mendapatkan kayu, pamannya lalu membuat api dan mengucapkan mantera. Aladin sangat terkejut sekali, karena setelah pamannya membacakan mantera, tiba-tiba tanah menjadi retak dan membentuk lubang. Aladin mulai bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah dia benar pamanku? Atau dia hanya seorang penyihir yang ingin memanfaatkan aku saja?”</div><div align="justify" class="MsoNormal">“Aladin, turunlah kamu kelubang itu. Ambilkan aku lampu antic di dasar gua itu”, suruh pamannya. “AKu takut paman”, kata Aladin. Pamannya lalu memberikan cincin kepada Aladin. “Pakailah ini, cincin ini akan melindungimu”, kata pamannya. Kemudian Aladin mulai turun kebawah.</div><div align="justify" class="MsoNormal">Setelah sampai di bawah, Aladin sangat takjub dengan apa yang dia lihat. Di dasar gua tersebut Aladin menemukan pohon yang berbuahkan permata dan banyak sekali perhiasan. “Cepat kau bawa lampu antiknya padaku, Aladin. Jangan perdulikan yang lain”, teriak pamannya dari atas. Aladin lalu mengambil lampu antik itu, dan mulaimemanjat ke atas. Tetapi setelah hamper sampai di atas, Aladin melihat pintu gua sudah tertutup dan hanya terbuka sedikit. Aladin<span> </span>mulai berpikir kalau pamannya akan menjebaknya. “Cepat Aladin, lemparkan saja lampunya”, teriak pamannya. “Tidak, aku tidak akan memberikanlampu ini, sebelum aku sampai di atas”,jawab Aladin.</div><div align="justify" class="MsoNormal">Setelah berdebat, paman Aladin menjadi tidak sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup, dan pamannya meninggalkan Aladin terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. Kini dia tau kalau sebenarnya laki-laki tersebut bukanlah pamannya, dan dia hanya diperalat oleh laki-laki itu. Aladin lalubmencari segala cara supaya dapat keluar dari gua, tetapi usahanya selalu sia-sia. "Aku sangat lapar, dan ingin bertemu ibuku, ya Tuhan, tolonglah hambamu ini !", ucap Aladin.Sambil berdoa, Aladin mengusap-usap lampu antik dan berpikir kenapa laki-laki penyihir itu ingin sekali memiliki lampu itu. Setelah digosok-gosok, tiba-tiba di sekelilingnya menjadi merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah Jin penunggu lampu. Apa perintah tuan padaku?”, kata raksasa "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan segera pergi dari sini", kata Jin lampu. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya, panggillah saya dengan menggosok lampu itu".</div><div align="justify" class="MsoNormal">Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu Aladin. “Ini adalah lampu ajaib Bu!”, jawab Aladin. Karena ibunya tidak percaya, maka Aladin lalu menggosok lampu itu. Dan setelah Jin lampu keluar, Aladin meminta untuk disiapkan makanan yang enak-enak. Taklama kemudian ibunya terkejur,karena hidangan yang sangat lezat sudah tersedia di depan mata.</div><div align="justify" class="MsoNormal">Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang. "Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian dengan membawa serta putriku". Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta Jin lampu untuk membawakan sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian jin lampu datang dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua melaksanakan pesta pernikahan.</div><div align="justify" class="MsoNormal">Tidak disangka, ternyata si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan jin lampu memboyong istana beserta isinya dan istri Aladin ke rumahnya.</div><div align="justify" class="MsoNormal">Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut karena istananya hilang. Aladin lalu teringat dengan cincin pemberian laki-laki penyihir. Digosoknya cincin tersebut, dan keluarlah Jin cincin. Aladin bertanya kepada Jin cincin tentang apa yang sudah terjadi dengan istananya. Jin Cincin kemudian menceritakan semuanya kepada Aladin. "Kalau begitu tolong bawakan istana dan istriku kembali lagi kepadaku”, seru Aladin. "Maaf Tuan, kekuatan saya tidaklah sebesar Jin lampu," kata Jin cincin. "Kalau begitu, Tolong Antarkan aku ke tempat penyihir itu. Aku akan ambil sendiri", seru Aladin. Sesampainya di Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. Putri lalu bilang kalau penyihir itu sedang tidur karena kebanyakan minum Bir. Setelah mengetahui kalau penyihir itu tidur, maka Aladin menyelinap ke dalam kamar laki-laki penyihir tersebut.</div><div align="justify" class="MsoNormal">Setelah berhasil masuk dalam kamar, Aladin lalu mengambil lampu ajaibnya yang penyihir dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat ini", seru Aladin kepada Jin lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi Jin lampu langsung membanting penyihir itu dan melemparkan ke luar istana. "Terima kasih Jin lampu, bawalah kami dan Istana ini kembali ke tempatnya semula". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.</div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-16458123709754222302011-02-14T05:46:00.000-08:002011-02-14T05:46:20.548-08:00Asal Usul Gunung Tangkuban ParahuDi Jawa Barat tepatnya di Kabupaten Bandung terdapat sebuah tempat rekreasi yang sangat indah yaitu Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban Perahu artinya adalah perahu yang terbalik. Diberi nama seperti karena bentuknya memang menyerupai perahu yang terbalik. Konon menurut cerita rakyat parahyangan gunung itu memang merupakan perahu yang terbalik. Berikut ini ceritanya.<br />
<span id="more-116"></span><br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyMqbJavoqiotOhCF_sQ0t0PXgYS8fmuG-qyXaB7KD2xZv9kQ5h6mBB9tBjmQ55M9dbqT0bXtWyaNqPIcXUfUjIK8IIra4qZAYx0BsngGt8bOU1zlqJgN9krULrbqAlDcpjdUEyPH2-RE/s1600/gunung+tangkuban+perahu.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyMqbJavoqiotOhCF_sQ0t0PXgYS8fmuG-qyXaB7KD2xZv9kQ5h6mBB9tBjmQ55M9dbqT0bXtWyaNqPIcXUfUjIK8IIra4qZAYx0BsngGt8bOU1zlqJgN9krULrbqAlDcpjdUEyPH2-RE/s320/gunung+tangkuban+perahu.jpg" width="320" /></a>Beribu-ribu tahun yang lalu, tanah Parahyangan dipimpin oleh seorang raja dan seorang ratu yang hanya mempunyai seorang putri. Putri itu bernama Dayang Sumbi. Dia sangat cantik dan cerdas, sayangnya dia sangat manja. Pada suatu hari saat sedang menenun di beranda istana, Dayang Sumbi merasa lemas dan pusing. Dia menjatuhkan pintalan benangnya ke lantai berkali-kali. Saat pintalannya jatuh untuk kesekian kalinya Dayang Sumbi menjadi marah lalu bersumpah, dia akan menikahi siapapun yang mau mengambilkan pintalannya itu. Tepat setelah kata-kata sumpah itu diucapkan, datang seekor anjing sakti yang bernama Tumang dan menyerahkan pintalan itu ke tangan Dayang Sumbi. Maka mau tak mau, sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi harus menikahi Anjing tersebut.<br />
Dayang Sumbi dan Tumang hidup berbahagia hingga mereka dikaruniai seorang anak yang berupa anak manusia tapi memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya. Anak ini diberi nama Sangkuriang. Dalam masa pertumbuhannya, Sangkuring se lalu ditemani bermain oleh seekor anjing yang bernama Tumang yang dia ketahui hanya sebagai anjing yang setia, bukan sebagai ayahnya. Sangkuriang tumbuh menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah perkasa.<br />
Pada suatu hari Dayang Sumbi menyuruh anaknya pergi bersama anjingnya untuk berburu rusa untuk keperluan suatu pesta. Setelah beberapa lama mencari tanpa hasil, Sangkuriang merasa putus asa, tapi dia tidak ingin mengecewakan ibunya. Maka dengan sangat terpaksa dia mengambil sebatang panah dan mengarahkannya pada Tumang. Setibanya di rumah dia menyerahkan daging Tumang pada ibunya. dayanng Sumbi yang mengira daging itu adalah daging rusa, merasa gembira atas keberhasilan anaknya.<br />
Segera setelah pesta usai Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan bertanya pada pada anaknya dimana Tumang berada. Pada mulanya Sangkuriang merasa takut, tapa akhirnya dia mengatakan apa yang telah terjadi pada ibunya. Dayang Sumbi menjadi sangat murka, dalam kemarahannya dia memukul Sangkuriang hingga pingsan tepat di keningnya. Atas perbuatannya itu Dayang Sumbi diusir keluar dari kerajaan oleh ayahnya. Untungnya Sangkuriang sadar kembali tapi pukulan ibunya meninggalkan bekas luka yang sangat lebar di keningnya.Setelah dewasa, Sangkuriang pun pergi mengembara untuk mengetahui keadaan dunia luar.<br />
Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik. Segera saja dia jatuh cinta pada wanita tersebut. Wanita itu adalah ibunya sendiri, tapi mereka tidak saling mengenali satu sama lainnya. Sangkuriang melamarnya, Dayang Sumbi pun menerima dengan senang hati. Sehari sebelum hari pernikahan, saat sedang mengelus rambut tunangannya, Dayang Sumbi melihat bekas luka yang lebar di dahi Sangkuriang, akhirnya dia menyadari bahwa dia hampir menikahi putranya sendiri. Mengetahui hal tersebut Dayang Sumbi berusaha menggagalkan pernikahannya. Setelah berpikir keras dia akhirnya memutuskan untuk mengajukan syarat perkawinan yang tak mungkin dikabulkan oleh Sangkuriang. Syaratnya adalah: Sangkuriang harus membuat sebuah bendungan yang bisa menutupi seluruh bukit lalu membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.<br />
Sangkuriang mulai bekerja. Cintanya yang begitu besar pada Sangkuriang memberinya suatu kekuatan aneh. Tak lupa dia juga menggunakan kekuatan yang dia dapat dari ayahnya untuk memanggil jin-jin dan membantunya. Dengan lumpur dan tanah mereka membendung air dari sungai dan mata air. Beberapa saat sebelum fajar, Sangkuriang menebang sebatang pohon besar untuk membuat sebuah perahu. Ketika Dayang Sumbi melihat bahwa Sangkuriang hampir menyelesaikan pekerjaannya, dia berdoa pada dewa-dewa untuk merintangi pekerjaan anaknya dan mempercepat datangnya pagi.<br />
Ayam jantan berkokok, matahari terbit lebih cepat dari biasanya dan Sangkuriang menyadari bahwa dia telah ditipu. Dengan sangat marah dia mengutuk Dayang Sumbi dan menendang perahu buatannya yang hampir jadi ke tengah hutan. Perahu itu berada disana dalam keadaan terbalik, dan membentuk Gunung Tangkuban Perahu(perahu yang menelungkub). Tidak jauh dari tempat itu terdapat tunggul pohon sisa dari tebangan Sangkuriang, sekarang kita mengenalnya sebagai Bukit Tunggul. Bendungan yang dibuat Sangkuriang menyebabkan seluruh bukit dipenuhi air dan membentuk sebuah danau dimana Sangkuriang dan Dayang Sumbi menenggelamkan diri dan tidak terdengar lagi kabarnya hingga kini.Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-46679440095221231532011-02-14T05:34:00.000-08:002011-02-15T18:38:48.510-08:00Abu Nawas (Mengecoh Raja)<div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.35pt -9pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas yang <i>dilegalisir </i>oleh Baginda, sejak saat itu pula Baginda ingin menangkap Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Sudah menjadi hukum bagi siapa saja yang tidak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman. Baginda tahu </span></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"></span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-right: -3.5pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tetapi ia tidak berani menolak perintah Baginda. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.45pt -5.4pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yang cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.45pt -5.1pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirl4AUb1r1TAKj3u-coG_4CpALQp58nAM2p8ldqmMEW2PQEBJ2BqrlVzGOjO_eMrGzHN7nE0iE1dPjvN42tZCe-wfvbH034CQDWy3PLDbo2LC_TPKG0J84bAY5W_UZ9SENpDJE4prPRqw/s1600/abunawas.jpeg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="296" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirl4AUb1r1TAKj3u-coG_4CpALQp58nAM2p8ldqmMEW2PQEBJ2BqrlVzGOjO_eMrGzHN7nE0iE1dPjvN42tZCe-wfvbH034CQDWy3PLDbo2LC_TPKG0J84bAY5W_UZ9SENpDJE4prPRqw/s320/abunawas.jpeg" width="320" /></a></span><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">"Tahukah mengapa engkau aku panggil?" tanya Baginda tanpa sedikit pun senyum di wajahnya. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-top: 13.5pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">"Ampun Tuanku, hamba belum tahu." kata Abu Nawas. <span id="more-17"></span></span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.5pt -10pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">"Kau pasti tahu bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Hutan masih jauh dari sini. Kau kuberi kuda yang lamban. Sedangkan aku dan pengawal-pengawalku akan menunggang kuda yang cepat. Nanti pada waktu santap siang kita berkumpul di tempat peristirahatanku. Bila hujan turun kita harus menghindarinya dengan cara kita masing-masing agar pakaian kita tetap kering. Sekarang kita berpencar." Baginda menjelaskan. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.45pt -5.7pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Kemudian Baginda dan rombongan mulai bergerak. Abu Nawas kini tahu Baginda akan menjebaknya. la harus mancari akal. Dan ketika Abu Nawas sedang berpikir, tiba-tiba hujan turun. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Begitu hujan turun Baginda dan rombongan segera memacu kuda untuk mencapai tempat perlindungan yang terdekat. Tetapi karena derasnya hujan, Baginda dan para pengawalnya basah kuyup. Ketika santap siang tiba Baginda segera menuju tempat peristirahatan. Belum sempat baju Baginda dan para pengawalnya kering, Abu Nawas datang dengan menunggang kuda yang lamban. Baginda dan para pengawal terperangah karena baju Abu Nawas tidak basah. Padahal dengan kuda yang paling cepat pun tidak bisa mencapai tempat berlindung yang paling dekat. </span></span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"></span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-right: -8.35pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Pada hari kedua Abu Nawas diberi kuda yang cepat yang kemarin ditunggangi Baginda Raja. Kini Baginda dan para pengawal-pengawalnya mengendarai kudakuda yang lamban. Setelah Abu Nawas dan rombongan kerajaan berpencar, hujan pun turun seperti kemarin. Malah hujan hari ini lebih deras daripada kemarin. Baginda dan pengawalnya langsung basah kuyup karena kuda yang ditunggangi tidak bisa berlari dengan kencang. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.5pt -8.65pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Ketika saat bersantap siang tiba, Abu Nawas tiba di tempat peristirahatan lebih dahulu dari Baginda dan pengawalnya. Abu Nawas menunggu Baginda Raja. Selang beberapa saat Baginda dan para pengawalnya tiba dengan pakaian yang basah kuyup. Melihat Abu Nawas dengan pakaian yang tetap kering Baginda jadi penasaran. Beliau tidak sanggup lagi menahan keingintahuan yang selama ini disembunyikan. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.45pt -6.15pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">"Terus terang begaimana caranya menghindari hujan, wahai Abu Nawas." tanya Baginda. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-top: 13.45pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">"Mudah Tuanku yang mulia." kata Abu Nawas sambil tersenyum. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 13.5pt -10pt 0pt 0pt;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">"Sedangkan aku dengan kuda yang cepat tidak sanggup mencapai tempat berteduh terdekat, apalagi dengan kuda yang lamban ini." kata Baginda. </span></span></div><div align="justify" class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">"Hamba sebenarnya tidak melarikan diri dari hujan.Tetapi begitu hujan turun hamba secepat mungkin melepas pakaian hamba dan segera melipatnya, lalu mendudukinya. Ini hamba lakukan sampai hujan berhenti." Diam-diam Baginda Raja mengakui kecerdikan Abu Nawas. </span></span></div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-28260199794900048822011-02-14T05:27:00.000-08:002011-02-14T05:27:35.074-08:00Kisah Kepahlawanan Abdullah ibn Haram<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB5nym7gDfVvIko3ovDo7pw4bdJgdwk8zQhYyIV2-AsYREKhp_SChststnji8rGy_EQB05MCtkPC7FdnYDKDefcj-vj4qleQjw9zLopmhArzGSOx56-bOEMf51wlBohACg__MXGUOZ5F0/s1600/Kafilah-abdurrahman-bin-auf.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="204" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhB5nym7gDfVvIko3ovDo7pw4bdJgdwk8zQhYyIV2-AsYREKhp_SChststnji8rGy_EQB05MCtkPC7FdnYDKDefcj-vj4qleQjw9zLopmhArzGSOx56-bOEMf51wlBohACg__MXGUOZ5F0/s320/Kafilah-abdurrahman-bin-auf.jpg" width="320" /></a>Abdullah ibn Haram ra adalah ayah dari Sahabat Mulia Jabir ibn Abdillah yang berasal dari Kaum Anshar, Kaum Anshar dikenal sebagai orang-orang yang teguh memegang janji dan komitmen baiat mereka dihadapan Rasulullah saw pada malam bai’tul aqabah ats-tsaniyah disaat Rasulullah meminta mereka utk melindungi beliau sebagaimana mereka melindungi anak, istri dan keluarga mereka. <br />
Abdullah ibn Haram ra tidak pernah lalai selama masa hidupnya yang cukup singkat untuk melindungi dan menjaga Rasulullah saw selama 3 tahun hingga datangnya perang uhud.<span id="more-86"></span><br />
Pada malam hari sebelum dimulainya pertempuran, Abdullah berkata kepada anaknya Jabir : ” anakku, aku bermimpi bahwa aku adalah sahabat Rasul saw yang pertama kali memperoleh syahid, aku tidak meninggalkan kepada kalian sesuatu yang paling berharga bagi kalian kecuali diri Rasulullah saw, ayah memiliki hutang lunasilah dan berikan wasiat yang baik untuk saudara2mu ”<br />
ketika peperangan mulai berkecamuk, orang yang pertama kali terbunuh diantara dua pasukan itu adalah Abdullah ibn Haram ra, ketika pertemuran mulai reda tiba2 Jabir terlihat mengangkat baju dari jasad ayahnya Abdullah ibn Haram ra. saat itu Rasulullah mendengar tangisan seorang wanita, beliau bertanya: ” siapa wanita ini?” . para sahabat menjawab: ” ia adalah saudaranya Abdullah”<br />
Rasulullah mengatakan kepada wanita itu: “Anda menangisinya atau tidak, sungguh para malaikat masih menaunginya hingga kalian mengangkatnya”<br />
Kemudian Rasulullah berkata kepada Jabir: “Hai Jabir, maukah saya beri tahukan apa yang Allah katakan kepada ayahmu?”. Kata Jabir: ” tentu mau Ya Rasulallah..”<br />
Rasulullah saw bersabda: “Tidak-lah Allah berbicara kepada seseorang melainkan dibelakang hijab, tapi tidak demikan dengan ayahmu, Allah berbicara dengan ayahmu secara langsung, Allah ta`ala berfirman: “Hai hamba-Ku, mintalah kepadaku niscaya Aku akan mengabulkannya”, Abdullah berkata: “Ya Rabbi.. sampaikan kenikmatan mati syahid ini kepada orang-orang yang datang sesudahku”. Kemudian Allah menurunkan firmanNya :<br />
<b><i>“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”</i></b> ['Ali Imran: 169]<br />
Dalam riwayat yang lain Rasulullah saw bersabda : “Hai Jabir, tahukah kamu bahwa Allah swt menghidupkan ayahmu, lalu Dia berfirman kepadanya: ” mintalah pada-Ku”, maka ayahmu berkata: ” aku ingin kembali ke dunia, dan terbunuh kembali di medan jihad”, Allah berfirman: “Sungguh Aku telah membuat ketentuan, bahwa orang yang telah mati tidak akan pernah dikembalikan lagi ke alam dunia”<br />
disaat yang bersamaan jasad salah seorang sahabat Nabi saw yaitu Amr ibn Jamuh dikuburkan satu liang kubur dengan Abdullah ibn Haram ra. sampai pada masa pemrintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan, saat itu banjir besar melanda Kota Madinah, sehingga menggusur dan merusak kuburan-kuburan disana, sehingga penduduk harus memindahkan tempat pemakaman.<br />
disaat mereka mengeluarkan jasad para syuhada dari liang lahad yang rusak tersebut mereka mendapati kuburan Abdullah ibn Haram dan Amr ibn Jamuh ra tidak berubah, masih utuh, masih sama saat mereka dikuburkan pertama kali bahkan darah dari luka-luka keduanya masih mengucur segar..<br />
Allah ta’ala mengharamkan jasad para syuhada untuk dimakan bumi sebagaimana jasadnya para Nabi dan Rasul.Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-69420589875829963902011-02-14T05:21:00.000-08:002011-02-14T05:21:44.044-08:00Asal-Usul Danau TobaDi Sumatera Utara terdapat danau yang sangat besar dan ditengah-tengah danau tersebut terdapat sebuah pulau. Danau itu bernama Danau Toba sedangkan pulau ditengahnya dinamakan Pulau Samosir. Konon danau tersebut berasal dari kutukan dewa.<span id="more-7"></span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg79tUn2ePNlUbEWsf5sD4m_xF_Ar_igmCxSP1gpYKx98gW7hfYya0Dy_8r3AcM1YqcOIqYBxMT-yFKGoASn9MZRRFUnmte-O0knLFdtN4GUsYZ_UL_L5W2PmUn4E2ikNfGvVYwj1-qA6s/s1600/danautoba.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="242" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg79tUn2ePNlUbEWsf5sD4m_xF_Ar_igmCxSP1gpYKx98gW7hfYya0Dy_8r3AcM1YqcOIqYBxMT-yFKGoASn9MZRRFUnmte-O0knLFdtN4GUsYZ_UL_L5W2PmUn4E2ikNfGvVYwj1-qA6s/s320/danautoba.jpg" width="320" /></a></div>Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.<br />
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.<br />
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.<br />
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.<br />
Setahun kemudian, kebahagiaan Petani dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.<br />
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.<br />
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.<br />
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-1796927446948990232011-02-14T04:17:00.000-08:002011-02-14T04:17:10.432-08:00Asal-Usul Kota Surabaya<div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsKlP4RVbwJK61EeXUg4TzUOgNggwNEcXEbMDZInsMQGoONPFlOkpRL8ILt_2aPl8IK59SJYLRPqH-m6gl2l_p-B77ezlt3HzH6VjKQoBLBdv0RzT9OUJmioAvGgBSEj3q8aZy5Ne7XUA/s1600/jiunkpe-ns-mmedia-unknownyear-na00000018-7514-ikan_suro-resource1-preview.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="314" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsKlP4RVbwJK61EeXUg4TzUOgNggwNEcXEbMDZInsMQGoONPFlOkpRL8ILt_2aPl8IK59SJYLRPqH-m6gl2l_p-B77ezlt3HzH6VjKQoBLBdv0RzT9OUJmioAvGgBSEj3q8aZy5Ne7XUA/s320/jiunkpe-ns-mmedia-unknownyear-na00000018-7514-ikan_suro-resource1-preview.jpg" width="320" /></a><span style="color: black;">Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah. Akhimya mereka mengadakan kesepakatan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya,” kata ikan Sura<span id="more-1255"></span>.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya Buaya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rertcana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnyadi dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Baik aku setujui gagasanmu itu!” kata Buaya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memarig tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata Ikan Hiu Sura.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Apa? Sungai itu ‘kari tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!” Buaya ngotot.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Tidak bisa. Aku “kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Hiu Sura.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">“Berkelahi lagi, siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigiut ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu gambar ikan sura dan buaya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Namun adajugayang berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan Baya. Sura berarti Jaya atau selamat Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti selamat menghadapi bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah serangah tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa.Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan sepereti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal 10 Nopmber 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: black;">Di jaman sekarang, pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat terus berlanjut. Di kala musim penghujan tiba kadangkala banjir menguasai kota Surabaya. Di musim kemarau kadangkala tenpat-tempat genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya. </span></div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-12958231575929032392011-02-14T04:07:00.000-08:002011-02-14T04:07:59.803-08:00Malin Kundang<div style="font-family: inherit;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.</span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin Kundang dan ibunya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal perkapalan. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;"><span style="color: black; font-size: small;">Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu. </span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya. </span></span></div><div class="MsoNormal" style="font-family: inherit; margin: 0in 0in 12pt; text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDMje3dTESyInDMfYGd6ZUbn0jY67gw2jyVHMUL3jwRo-k-2Ev0TDc286sAuKyd2zydy5uXNt-qfc1wKIh9ehiKd8eXnPaxYip22Vb4oPxbRyksWlGoAy5joIs26cSmcXY8Dg5P9zNoqs/s1600/Cerita-Rakyat-Malin-Kundang.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="232" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDMje3dTESyInDMfYGd6ZUbn0jY67gw2jyVHMUL3jwRo-k-2Ev0TDc286sAuKyd2zydy5uXNt-qfc1wKIh9ehiKd8eXnPaxYip22Vb4oPxbRyksWlGoAy5joIs26cSmcXY8Dg5P9zNoqs/s320/Cerita-Rakyat-Malin-Kundang.jpg" width="320" /></a><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang. "Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. </span></span></div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-581196144566633962011-02-13T22:13:00.000-08:002011-02-14T04:18:51.581-08:00Kancil dan Kura-Kura<div align="justify" style="color: black;">Suatu hari Kura Kura dan Kancil berdebat tentang siapa yang lebih cepat. Mereka menyetujui jalur tertentu untuk bertanding dan mulailah mereka bertanding.</div><div align="justify" style="color: black;"><a href="file:///C:/Users/IQBAL-%7E1/AppData/Local/Temp/moz-screenshot.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"></a>Sang Kancil melesat dengan cepat dan setelah merasa jauh melampaui Kura Kura dia berhenti sejenak dibawah pohon untuk beristirahat sebelum memulai lagi perlombaannya.</div><div align="justify" style="color: black;">Sang Kancil terduduk dibawah pohon dan akhirnya tertidur. Dan Kura Kura berhasil melampauinya dan keluar sebagai juara.</div><div align="justify" style="color: black;">Sang Kancil terbangun dan mendapatkan dirinya kalah didalam perlombaan tersebut.</div><div align="justify" style="color: black;"><i>Maksud dari cerita ini adalah mereka yang lambat, apabila konsisten, akan dapat memenangkan pertandingan.</i></div><div align="justify" style="color: black;"><b>Ini adalah cerita yang biasa kita dengar sejak masa kecil</b></div><div align="justify" style="color: black;"></div><div align="justify" style="color: black;">Baru baru ini seseorang bercerita versi baru yang lebih menarik. Rupanya ceritanya bersambung ……….</div><div align="justify" style="color: black;"><span id="more-250"></span>Sang Kancil sangat kecewa dengan kekalahannya lalu melakukan analisis penyebabnya. Dia sadar bahwa dia kalah karena terlampau percaya diri, kurang hati hati dan terlena. Kalau saja dia bisa lebih waspada maka tidaklah mungkin Kura Kura bisa mengalahkannya.</div><div align="justify" style="color: black;">Lalu ditantangnya lagi Kura Kura tersebut untuk melakukan lomba ulang yang disetujui oleh Kura.</div><div align="justify" style="color: black;">Dan kali ini, sang Kancil menang mutlak karena dia berlari tanpa henti</div><div align="justify" style="color: black;"><i>Maksud dari cerita ini adalah Cepat dan konsisten akan mengalahkan yang lambat dan konsisten</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Kalau ada dua orang diperusahaan, yang satu lambat, pakai metoda dan handal sedangkan yang satu lagi cekatan dan handal, maka yang cepat dan handal akan maju lebih cepat</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Lambat asal Konsisten itu bagus akan tetapi lebih bagus lagi kalau Cepat dan Konsisten</i></div><div align="justify" style="color: black;">Tetapi ceritanya tidak hanya sampai disini.</div><div align="justify" style="color: black;">Kali ini sang Kura Kura mulai berpikir dan sadar bahwa tidaklah mungkin berlomba dengan Kancil pada jalur seperti yang lalu. Setelah berpikir keras, kali ini Kura Kura menantang sang Kancil untuk berlomba lagi pada jalur perlombaan yang berbeda.</div><div align="justify" style="color: black;">Sang kancil setuju.</div><div align="justify" style="color: black;">Mereka mulai berpacu dan sang Kancil berlari dengan cepat tanpa berhenti sampai akhirnya terpaksa berhenti ditepi sungai, karena harus menyeberang. Rupanya garis finish nya terletak beberapa ratus meter setelah tepi diseberang sungai .</div><div align="justify" style="color: black;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijq6Tx36Y9b54a2aKFeHD5MwX_jhxbhXuMauW8Zjkk4XiXw87-BpxRuVgodVI8kQd6xlZlu4Fyjj7nhaXl7WdHaxR1rcLklCFh2gj1E5p7QpxDtaQGx40Ywl900jh9_8NZfrIOnPN8Yso/s1600/kancil-dan-kura2.gif" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijq6Tx36Y9b54a2aKFeHD5MwX_jhxbhXuMauW8Zjkk4XiXw87-BpxRuVgodVI8kQd6xlZlu4Fyjj7nhaXl7WdHaxR1rcLklCFh2gj1E5p7QpxDtaQGx40Ywl900jh9_8NZfrIOnPN8Yso/s320/kancil-dan-kura2.gif" width="320" /></a></div>Sang Kancil bingung tidak tahu harus berbuat apa…..</div><div align="justify" style="color: black;">dan tak lama kemudian muncul Kura Kura menyusul dan dengan santainya menyeberang sampai kegaris finish dan memenangkan pertandingan</div><div align="justify" style="color: black;"><i>Maksud cerita ini adalah:</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Pertama, temukan kekuatan utama anda kemudian carilah tempat bertanding yang sesuai dengan kekuatan utama anda</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Di Perusahaan, kalau anda pandai berbicara, carilah kesempatan untuk memberikan presentasi sehingga pimpinan anda bisa melihat kemampuan anda</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Kalau Kekuatanmu adalah menganalisis, carilah peran yang membutuhkan kemampuan analisis.</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Bekerja pada Kekuatanmu bukan hanya menunjukkan kehebatanmu akan tetapi juga menciptakan kesempatan untuk maju dan berkembang</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Kalau Kekuatanmu adalah mengorganisir, carilah peran untuk mengorganisir sesuatu kegiatan penting agar perusahaan tahu bahwa anda mungkin pantas menjadi manager</i></div><div align="justify" style="color: black;"><i>Kalau Kekuatanmu adalah waspada dan teliti carilah peran yang membutuhkan kewaspadaan dan ketelitian seperti peran yang terkait dengan keselamatan, hukum atau keuangan</i></div><div align="justify" style="color: black;"></div><div align="justify" style="color: black;">Ceritanya belum selesai lho…</div><div align="justify" style="color: black;">Kali ini sang Kancil dan Kura Kura menjadi bersahabat dan mulai memikirkan solusi masalah bersama sama.</div><div align="justify" style="color: black;">Keduanya sadar bahwa lomba yang terakhir bisa dilakukan dengan jauh lebih baik.</div><div align="justify" style="color: black;">Jadi mereka memutuskan untuk melakukan perlombaan lagi , cuma kali ini mereka berlari dalam satu team</div><div align="justify" style="color: black;">Mereka mulai berlari …… mula mula sang Kancil menggendong Kura Kura sampai ketepi sungai, kemudian disini Kura Kura yang menggendong Kancil untuk menyeberangi sungai. Diseberang satunya Kancil mulai menggendong Kura Kura lagi sampai kegaris finish. Sampai digaris finish keduanya merasa puas karena berhasil tiba dengan waktu yang jauh lebih cepat dari lomba.</div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-4685636867512663662011-02-13T22:03:00.000-08:002011-02-13T22:24:26.720-08:00PinokioDI suatu kota, ada sebuah toko milik kakek Gepeto pembuat boneka. Ia tinggal seorang diri. "Alangkah senangnya kalau boneka manis ini menjadi seorang anak," gumamnya.<br />
Setelah kakek berbisik demikian, terjadi satu keajaiban.<br />
"Selamat siang, Papa." Boneka itu berbicara dan mulai berjalan.<br />
Dengan amat gembira, kakek berkata, "Mulai hari ini, engkau anakku. Kau kuberi nama Pinokio. Agar kau menjadi anak pintar, besok kau mulai sekolah, ya!"<br />
Keesokan paginya, Kakek Gepeto menjual pakaiannya dan dengan uang itu ia membelikan Pinokio sebuah buku ABC. "Belajarlah baik-baik dengan buku ini!"<br />
"Terima kasih, Papa. Aku pergi sekolah, dan akan belajar dengan giat."<br />
"Hati-hati ya!" pesan kakek.<br />
Tetapi, dari arah yang berlawanan dengan sekolahnya terdengar suara, "<i>Drum, dum, dum, dum</i>."<br />
Ketika Pinokio mendekat ternyata itu adalah tenda sandiwara boneka. Pinokio lalu menjual buku ABC-nya, membeli karcis dengan uang itu dan masuk ke dalam. Dalam tenda sandiwara, sebuah boneka anak perempuan akan telah dikepung prajurit berpedang. "Lihat! Jahat sekali prajurit itu!" Pinokio naik panggung dan menerjang boneka prajurit. Tali boneka itu putus dan jatuhlah boneka itu. Pemilik sandiwara yang marah segera menangkap Pinokio dan akan melemparnya ke api.<br />
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtUuxg9PbykgIIWhLKFXRk_CIGz5V3LpeYrzZsqaqouBjNemWlv1oPBHYZ6vsTQ1_AYefRb5LLlzvz9yPfuUyJYxOs16Na4ZPTAnN8b3OZBRwBO3G8XwcgzWXkboYEHkevJ5MG185ofNY/s1600/pinokio.gif" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtUuxg9PbykgIIWhLKFXRk_CIGz5V3LpeYrzZsqaqouBjNemWlv1oPBHYZ6vsTQ1_AYefRb5LLlzvz9yPfuUyJYxOs16Na4ZPTAnN8b3OZBRwBO3G8XwcgzWXkboYEHkevJ5MG185ofNY/s200/pinokio.gif" width="159" /></a>"Maafkan aku. Kalau aku dibakar, kasihan papa yang sudah tua," kata Pinokio. "Aku berjanji pada papa untuk belajar di sekolah dengan rajin."<br />
Karena iba, pemilik sandiwara melepaskan Pinokio dan memberinya beberapa keping uang. "Gunakan uang ini untuk membeli buku-buku pelajaranmu," kata pemilik sandiwara tersebut.<br />
Kemudian Pinokio pergi untuk membeli buku. Tetapi di tengah jalan, Rubah dan Kucing melihat keadaan itu. Mereka menyapa Pinokio dengan ramah. "Selamat siang, Pinokio yang baik. Kalau uang emas itu bertambah banyak, pasti papamu lebih senang, ya!"<br />
"Bagaimana cara menambah uang emas ini?" tanya Pinokio.<br />
"Gampang. Kau bisa menanamnya di bawah pohon ajaib. Lalu tidurlah, maka pada saat kau bangun nanti, pohon itu akan berbuah banyak sekali uang emas."<br />
Kemudian Pinokio diantar Rubah dan Kucing menanam uang emasnya di bawah pohon ajaib. Ketika Pinokio mulai tidur siang. Rubah dan Kucing menggali uang emas itu dan menggantung Pinokio di pohon setelah itu mereka pergi.<br />
"Tolong!...," teriak Pinokio ketika sudah bangun dari tidurnya dan mengetahui dirinya tergantung di sebuah pohon. Seorang Dewi yang melihat keadaan Pinokio, mengutus burung elang menolongnya. Burung elang membawa Pinokio dengan paruhnya, dan membawanya ke ruangan di mana Dewi telah menunggu. Dewi menidurkan Pinokio di tempat tidur dan memberinya obat.<br />
"Nah, minumlah obat ini maka kau akan cepat sembuh. Setelah itu pulang, ya!" kata Dewi.<br />
"Lebih baik mati daripada minum obat yang pahit." Pinokio terus menolak.<br />
Akhirnya Dewi menjadi marah, "<i>Plak plak</i>!" Ia menampar. Lalu datanglah empat ekor kelinci yang menggotong peti mati. Pinokio terkejut sekali, cepat-cepat ia meminum obat yang pahit itu.<br />
"Pinokio, mengapa kau tidak pergi ke seolah?" tanya Dewi.<br />
"Hmm.. di jalan, aku menjual buku-ku untuk anak miskin yang kelaparan dan membelikannya roti. Karena itu, aku tidak bisa pergi ke sekolah." Tiba-tiba saja <i>syuut</i> hidung Pinokio mulai memanjang.<br />
"Pinokio! Kalau kau berbohong, hidungmu akan memanjang sampai ke langit."<br />
"Maafkan aku. Aku tak akan berbohong lagi." Pinokio meminta maaf.<br />
Dewi tersenyum, dan memerintahkan burung pelatuk mematuki hidung Pinokio, mengembalikannya ke bentuk semula. "Ayo cepat kembali ke rumah, dan belajar ke sekolah!"<br />
Di tengah perjalanan pulang, Pinokio bertemu dengan kereta dunia bermain. Pinokio tidak bisa menahan diri untuk tidak naik. Pinokio telah lupa akan janjinya pada Dewi, setiap hari ia hanya bermain-main.<br />
Pada suatu hari, Pinokio terkejut melihat wajahnya yang terpantul di permukaan air. "Ah! Telingaku jadi telinga keledai! Aku pun berbuntut!" teriaknya.<br />
ernyata anak-anak lain pun telah menjadi keledai. Akhirnya Pinokio pun menjadi seekor keledai dan dijual ke sirkus. Pinokio telah melanggar janjinya kepada Dewi, maka ia mendapat hukuman.<br />
Setiap hari ia dipecut dan harus melompati lingkaran api yang panas. Walaupun takut, Pinokio tetap meloncat. Akhirnya ia terjatuh sampai kakinya patah.<br />
Pemilik sirkus menjadi marah. "Keledai dungu! Lebih baik dibuang ke laut." Kemudian Pinokio dilempar ke laut. <i>Blup blup blup</i> Pinokio tenggelam ke dasar laut, ikan-ikan datang menggigitnya. Lalu kulit keledai terlepas, dan dari dalamnya muncul si Pinokio. "Terima kasih ikan-ikan."<br />
Sebenarnya Dewi melihat bahwa Pinokio telah menyadari kesalahannya dan memerintahkan ikan-ikan untuk menolongnya.<br />
Sambil berenang, Pinokio berjanji dalam hati, "Kali ini setelah aku pulang ke rumah, aku akan ke sekolah dan belajar dengan giat. Aku juga akan membantu pekerjaan di rumah dan menjaga papa."<br />
Pada saat itu <i>Hrrr</i>, seekor ikan hiu besar datang mendekat dengan suara yang menyeramkan.<br />
"Haaa! Tolong." Pinokio ditelan ikan hiu yang besar itu.<br />
Dalam perut hiu benar-benar gelap gulita. Tetapi, di kejauhan terlihat seberkas sinar. Ternyata itu adalah kakek Gepeto.<br />
"Papa!"<br />
"Pinokio!"<br />
Mereka berdua saling berpelukan. "Aku pergi ke laut untuk mencarimu, dan aku ditelan hiu ini. Tapi, ternyata di sini aku bertemu denganmu. Untung kita selamat!"<br />
"Ayo, kita keluar dari sini!"<br />
"Badanku sudah lemah. Kau saja yang pergi," ucap kakek.<br />
"Aku tidak mau kalau tidak bersama-sama Papa." Ketika ikan hiu sedang tidur, Pinokio melarikan diri dari mulut hiu dengan menggendong kakek Gepeto di punggungnya.<br />
Dengan sekuat tenaga ia berenang sampai akhirnya tiba di pantai. Mereka menyewa sebuah pondok petani terdekat. Sambil merawat kakek, Pinokio bekerja setiap hari. Akhirnya, kakek menjadi sehat kembali.<br />
"Pinokio, karena kaulah aku jadi sehat seperti ini. Terima kasih ya!"<br />
"Papa, mulai sekarang aku akan lebih menurut lagi." Tiba-tiba saja sekeliling mereka menjadi bersinar terang.<br />
"Pinokio, kau telah menjadi seorang anak yang baik." Dewi muncul, dan mengubah Pinokio si boneka menjadi seorang anak manusia. ***Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5859750527428248930.post-35340025696080095292011-02-13T22:00:00.000-08:002011-02-13T22:28:23.440-08:00Cinderella<div style="text-align: justify;">Pada zaman dahulu di desa wiyama ada Seorang putri yang teramat cantik dan baik. Dia bernama <span class="IL_AD" id="IL_AD2">Cinderella</span>, Cinderella hidup dengan Ibu tirinya yang jahat bernama <span class="IL_AD" id="IL_AD3">Veronica</span>. Dan veronica mempunyai dua orang anak gadis yang juga licik dan jahat. Mereka bernama Vina dan <span class="IL_AD" id="IL_AD5">Vani</span>, Cinderella selalu disuruh-suruh mereka bertiga.; Cinderella selalu diperlakukan seperti pembantu. Dia disuruh-suruh menyapu, mengepel, dan menyeterika baju mereka ia juga dikasih tempat tidur digudang. Dan bukan itu saja dia selalu mendapat cemohan-cemohan dari saudara tirinya tersebut. NamunCinderella tetap bersikap baik, ramah dan periang. <br />
<span id="more-209"></span><br />
Pada suatu ketika ada petugas dari kerajaan yang datang kerumah Cinderella. Dan mengumumkan bahwa sang Pangeran mengadakan pesta <span class="IL_AD" id="IL_AD7">dansa</span> untuk mencari <span class="IL_AD" id="IL_AD6">calon</span> istri sang pangeran.j seluruh gadis-gadis didesa itu sangat senang dan begitupun Cinderella. Kedua saudara Cinderellapun sudah sibuk merias tubuhnya dengan pernak-pernik yang sangat bagus dan mahal. Cinderellapun ikut disuruh-suruh menyiapkan baju mereka.</div><div style="text-align: justify;">Waktu telah menunjukkan pukul 19.30 kedua saudara tiri dan ibu tiri Cinderella tersebut berangkat kepesta. Namun mereka berpesan kepada Cinderella ia tidak boleh keluar <span class="IL_AD" id="IL_AD10">rumah</span> sampai mereka pulang. Cinderellapun merasa sedih karena tidak bisa datang kepesta tersebut. Ketika Cinderella menangis munculah seorang peri yang baik hati.</div><div style="text-align: justify;">Ia merasa kasihan kepada Cinderella. Cinderella merasa kaget karena ada peri yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Cinderellapun mengutarakan semua kesedihanya kepada peri tersebut. Dan peri tersebut merasa tersentuh hatinya.</div><div style="text-align: justify;">Peri itu lalu memerintahkan Cinderella untuk mencari 4 ekor tikus, 1 kadal dan 1 buah labu. Kemudian semua itu disihir menjadi sebuah Kereta yang teramat bagus beserta pengawalnya. Cinderellapun dirubah menjadi wanita yang cantik dan berbaju <span class="IL_AD" id="IL_AD12">anggun</span>. Namun ketika Cinderella akan pergi dia diberi amanat oleh peri tersebut. Bahwa semua sihirnya akan lenyap setelah pukul 12:00 malam. Dan Cinderellapun mengerti kemudian ia pergi.</div><div style="text-align: justify;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBKjz0c6dotm7QGXhfrYnDaBQ70IYtNDz43ANHI27APeJsq8_B8o10Rp-ISGFi0dLTv8lXmIxUo-ZOhvhjeBE2KUEVRPUvFfld-PgJy-sVs8v686FBZg71BYrhJgxRR_4DmX9AmcWrpZk/s1600/1274953546_1024x768_lovely-cinderella.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBKjz0c6dotm7QGXhfrYnDaBQ70IYtNDz43ANHI27APeJsq8_B8o10Rp-ISGFi0dLTv8lXmIxUo-ZOhvhjeBE2KUEVRPUvFfld-PgJy-sVs8v686FBZg71BYrhJgxRR_4DmX9AmcWrpZk/s320/1274953546_1024x768_lovely-cinderella.jpg" width="320" /></a>Sesampainya dipesta itu, semua mata tertuju ke Cinderella. Mereka sangat terkagum-kagum dan kecantikannya begitu pula sang Pangeran. Dan Sang Pangeranpun mengajak Cinderella untuk berdansa, karena keasyikan mereka berdua Cinderella baru sadar bahwa waktu telah menunjukkan pukul 00.00. Cinderellapun langsung pergi tanpa mengucap satu katapun kepada Pangeran. Pangeranpun mengejarnya. Dan karena sangking CepatnyaCinderella berlari. Sepatu sebelah kirinya terlepas. </div><div style="text-align: justify;">Dan ia terus berlari tanpa memperdulikan sepatunya. Keesokan harinya petugas dari kerajaan mengadakan pengumuman. Siapapun pemilik sepatu kaca tersebut. Maka ia akan dijadikan Istri Pangeran. Seluruh gadis didesa itu banyak yang mencobanya. Tetapi tidak ada kaki dari mereka yang cocok. Dan setibanya petugas kerajaan tersebut sampai dirumahnya kedua saudaranya tersebut bergantian mencobanya namun tidak ada yang cocok. Namun dengan anggunya Cinderella mencobanya. Tanpa disangka mereka semua sangat terkejut.</div><div style="text-align: justify;">Karena kaki Cinderal pas pada sepatu tersebut. Kedua saudara tirinya tidak percaya, namun Cinderella tiba-tiba mengambil sebuah kotak berisi sepatu kaca sebelah kananya. Ternyata benar pangeranpun sangat terkejut dan membawa Cinderella keistana untuk dinikahi. Ibu tiri dan kedua anaknya itu meminta maaf kepada Cinderella. Namun karena kebaikannya ia dengan rela mema’afkan perbuatan mereka yang teramat kejam dan pada akhirnya Cinderella bisa hidup bahagia dengan pangeran tercintanya.</div><div style="text-align: justify;">“CINDERELLA”</div><div style="text-align: justify;">BABAK I<br />
(Dipagi y ang cerah Nyonya Veronica, Vina dan Vani membentak-bentak Cinderella untuk bekerja)<br />
Nyonya Veronica : Cinderella…! Cinderella! Dimana kamu?<br />
Cepat bersihkan seluruh lantai disini. Saya tidak mau ada sedikitpun debu yang menempel dirumahku.<br />
Cinderella : Iya Nyonya…<br />
Vina : Cinderella, Cinderella…! Cepat kamu bersihkan kamarku. Jijik banyak tikus! Ih…jijik!<br />
Vani : Cinderella, cepat kamu semirkan sepatuku. Aku mau pergi belanja!<br />
Cinderella : Iya… sebentar!<br />
Vina dan Vani : Cepat!!!<br />
(Setelah mengerjakan <span class="IL_AD" id="IL_AD8">pekerjaan rumah</span> Cinderella pergi kehalaman untnuk menyirami Tanaman)<br />
Cinderella : Wah… indahnya temanku! (sambil menyirami tanaman)<br />
Nyonya Veronica : Cinderella….! Cepat kamu kesini.<br />
Cinderella : Iya nyonya,…<br />
Nyonya Veronica : Ini cuci pakaianku. Akan aku pakai nanti siang.<br />
Cinderella : Iya nyonya,…</div><div style="text-align: justify;">BABAK II<br />
(Pada waktu Cinderella, mencuci baju petugas dari <span class="IL_AD" id="IL_AD1">Istana</span> datang). Cinderellapun membukakan pintu<br />
Perdana Menteri : Bolehkah saya masuk?<br />
Cinderella : Iya, silahkan.<br />
(Tiba-tiba Nyonya Veronica datang)<br />
Nyonya Veronica : Aduh..aduh…! Ada apa Pak?<br />
Perdana Menteri : Saya ditugaskan oleh Raja Istana untuk memberitahukan kepada para Gadis-gadis untuk menghadiri pesta Dansa diistana dalam rangka pemilihan permaisuri kerajaan nanti malam Pk. 19.00<br />
Vina dan Vani : Wah… Asyik dong!<br />
Nyonya Veronica : Dengan senang hati pasti kami <span class="IL_AD" id="IL_AD4">akan datang</span>.</div><div style="text-align: justify;">(Setelah itu Perdana Menteripun pulang)<br />
Vina : Pasti aku ya akan dipilih pangeran<br />
Vani : Gak, Pasti aku!! (sambil berebut)</div><div style="text-align: justify;">Nyonya Veronica : Diam…! Daripada kalian bertengkar. Cepat kalian dandan dan bersiap-siap untuk nanti malam. Dan kamu Cinderella bantu mereka untuk bersiap-siap!<br />
Vina : Cinderella tolong strika bajuku<br />
Vani : Cinderella…! Ecpat kamu semir sepatuku. Aku ingin pangeran terpesona melihatku.<br />
Cinderella : Iya Vina, Iya Vani.</div><div style="text-align: justify;">BABAK III<br />
(Waktu telah menunjukkan pukul 18:00 merekapun berangkat)<br />
Nyonya Veronica : Cinderella jaga baik-baik rumah ini. Jangan sampai keluar rumah sebelum kami semua pulang.<br />
Vina : Lagian pasti kamu gak akan dipilih oleh pangeran. Dengan pakaian compang-camping seperti itu.<br />
Vani : Dada Cinderella…! Semoga kamu betah dirumah! (Sambil tersenyum lebar)</div><div style="text-align: justify;">(Cinderellapun sedih. Dia langsung pergi kekamar dan merenung). Tiba-tiba muncullah peri disampingnya.<br />
Peri : Kenapa gadisku yang manis? Apakah yang membuat kamu sedih?<br />
Cinderella : Siapa kamu? (kaget)<br />
Peri : Aku <span class="IL_AD" id="IL_AD11">adalah</span> peri yang akan membantu kesulitanmu<br />
Cinderella : Aku ingin menghadiri pesta dikerajaan. Namun aku tidak punya gaun yang bagus untuk semua itu.<br />
Peri : Baiklah, <span class="IL_AD" id="IL_AD9">cari</span> 4 ekor tikus, 2 kadal dan 1 buah labu.<br />
Cinderella : Baiklah…!</div><div style="text-align: justify;">(Peripun menyulap 4 ekor tikus menjadi kuda, dan 2 kadal menjadi pengawal, 1 labu menjadi kereta yang indah. Dan peripun menyulapCinderella menjadi gadis yang cantik) <br />
Cinderella : Terima kasih peri. Engkau sangat baik hati!<br />
Peri : Itu semua pantas untukmu gadisku. Pergilah! Pulanglah sebelum jam 12.00 malam<br />
Cinderella : Ok,. Ibu peri. Aku berangkat dulu.</div><div style="text-align: justify;">BABAK IV<br />
(Sesampainya dikerajaan)<br />
Orang-orang : Wah… siapa gadis cantik itu? (Orang-orang berisik, sambil terkagum-kagum melihat kecantikan Cinderella)<br />
Pangeran : Wahai gadis yang cantik. Maukah kau berdansa denganku?<br />
Cinderella : Iya pangerat!</div><div style="text-align: justify;">(Waktu telah menunjukkan pk. 00.00 Cinderellapun berlari dan pangeranpun mengejarnya. Namun sepatu sebelah Cinderellapun terlepas. Namun iya tetap berlari).<br />
Pangeran : Akanku cari kau dengan sebelah sepatuku ini!<br />
Perdana Menteri : Wahai gadis-gadis siapa yang cocok dengan sepatu ini maka akan menjadi calon permaisuri Pangeran.<br />
Vina : Aku akan mencobanya. Pasti aku akan cocok!<br />
Perdana Menteri : Iya, silahkan!<br />
Vina : Wah, kok bisa tidak cocok.<br />
Vani : Ah kamu memang dasar kaki kecil, kalau aku pasti cocok.<br />
Vina : Ha…ha…ha…! Dasar goblok! Kakimu kan besar.<br />
Vani : Trus kalau bukan kita. Siapa dong yang cocok.</div><div style="text-align: justify;">(Semua orangpun penasaran, tiba-tiba Cinderellapun datang)<br />
Cinderella : Bolehkah saya mencobanya?<br />
Perdana Menteri : Silahkan Nona!<br />
Vani dan Vina : Gak mungkin! Gak mungkin dia cocok. Pasti ini Cuma kebetulan saja (terkejut)<br />
Cinderella : Tidak Vina dan Vani. Ini bukan kebetulan, memang akulah yang pangeran cari. Aku mempunyai sepatu sebelahnya (sambil memperlihatkan).<br />
Pangeran : Aku memang yakin, kamulah permaisuriku. Wahai permaisuriku yang cantik! Maukah kamu menjalin hidup denganku?!<br />
Cinderella : Iya, pangeran! Aku mau menjadi permaisurimu.</div><div style="text-align: justify;">Vina, Vani, Nyonya Veronica : Ma’afkan kami Cinderella. Kami telah memperlakukan yang senonoh pada kamu. Ma’afkan kami. Kami sanggup kamu hukum dengan apapun.<br />
Cinderella : Aku sayang kalian, aku tidak akan menghukum kalian. Kalian adalah keluargaku.<br />
Nyonya Veronica : Terimakasih banyak Cinderella. Engkau memang sangat baik hati. Ma’afkan kami Cinderella.<br />
Vina dan Vani : Iya, Cinderella Ma’afkan kami. Kami sangat menyesal!<br />
Cinterela : Tidak papa. Kalian semua adalah keluarga terbaikku.<br />
Vina, Vani : Terima kasih Cinderella. Semoga kamu bisa bahagia.</div><div style="text-align: justify;">“SEKIAN”</div>Kumpulan Dongeng seDuniahttp://www.blogger.com/profile/11547377854505243881noreply@blogger.com0